Wow! Rendang Daun Kayu di Harau Jadi Objek Penelitian UNP

Wow! Rendang Daun Kayu di Harau Jadi Objek Penelitian UNP

Sudah bukan rahasia umum lagi kalau masyarakat Sumatra Barat (Sumbar) memiliki banyak  kuliner yang khas. Salah satunya rendang yang di tahun 2011 menduduki peringkat pertama dalam World’s 50 Delicious Food menurut survei CNN International. Masih banyak yang belum tahu ternyata rendang banyak sekali variannya. Karena sebagian orang mengira rendang hanya berbahan daging saja. Bahkan kini ada varian terbaru dari rendang, yaitu rendang daun kayu.

Bagi masyarakat Minangkabau di Nagari Harau, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, rendang daun kayu atau randang daun kayu telah dikenal sejak lama secara turun temurun sampai saat ini. Kini, kuliner rendang daun kayu ini menjadi objek penelitian oleh Pusat Riset Kebudayaan Minangkabau Universitas Negeri Padang (UNP).

Seperti dilansir dari Padangkita.com, Lembaga penerima Hibah Riset LPPM UNP tahun 2022 ini, selama dua hari, Sabtu- Minggu (20-21/8 2022) melakukan penelitian dengan tema ‘Pendidikan Karakter dalam Tradisi Marandang Daun Kayu’ di Nagari Harau Kabupaten Limapuluh Kota.

Para peneliti selain mewawancari tokoh masyarakat, tokoh adat dan bundo kanduang, juga melakkukan praktik memasak atau membuat rendang bersama para perempuan di nagari setempat dalam penelitian ini. Ketua Pusat Riset Kebudayaan Minangkabau Dr. Rusdi mengatakan randang daun kayu merupakan makanan khas masyarakat Harau. Tidak diketahui dengan pasti sejak kapan masyarakat Harau mulai membuat rendang daun kayu tersebut.

Dari cerita orang tua dahulu kata Rusdi, randang daun kayu dibuat oleh masyarakat Harau karena faktor ekonomi. “Pada waktu-waktu sulit untuk memenuhi makanan terutama pada hari raya maka masyarakat berinisiatif membuat rendang dari dedaunan,” kata Rusdi

Daun yang digunakan untuk dibuat rendang, lanjut Rusi, di antaranya daun pucuk kawa, daun surian, daun mali-mali, daun asam-asam dan daun pelangi yang banyak tumbuh liar di Harau. randang daun kayu ini oleh masyarakat Harau hanya untuk dikosumsi sendiri, sehari-hari biasa, pada hari raya dan juga pada acara baralek atau pesta pernikahan anak-anak mereka. Jadi, kata Rusdi, rendang daun ini tidak untuk dijual atau dikomersilkan.

“Proses memasak rendang daun kayu ini dimasak di tungku pakai kayu bakar. Dengan cara demikian, maka rasanya lebih enak dan gurih. Aromanya lebih sedap,” jelas dosen sekaligus Kepala Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNP ini.

Selain Rusdi, tim yang terlibat dalam penelitian randang daun kayu ini adalah Dr. Wirdanenhsih, Dr. Erianjoni, Drs. Etmihardi dan Boni Saputra MSi serta sejumlah mahasiswa Departemen Sejarah dan Sekolah Pasacasarjana UNP.

Related Posts

Leave a Reply