Dalam rangka menyambut Kemerdekaan Indonesia dan hari jadi Kota Padang ke 348 tahun 2017 diadakan perhelatan Pawai Obor dan Telong-Telong, Kamis (10/8).
Ajang Pawai Obor dan Telong-telong dilaksanakan di Lapau Panjang Cimpago Pantai Padang, Kota Padang, Sumatra Barat.
“Ini acara yang sangat penuh makna bagi Padang. Budaya dan seni bercampur menjadi satu. Sebuah acara yang dampak utamanya adalah pada pariwisata Padang. Masyarakat akan makmur jika kita memperhatikan semua atraksi untuk pariwisata dan kebangkitan pariwisata,” ujar Anggota DPR Republik Indonesia (RI), Betti Shadiq Pasadigoe, dalam sambutannya di acara pembukaan Pawai Obor dan Telong-Telong 2017.
Betti mengatakan, Telong-telong menjadi bagian yang membangkitkan pariwisata Padang. Ia berharap semua masyarakat Padang dapat berperan dalam menjaga semua unsur budaya, seni maupun pariwisata Sumatra Barat.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Walikota Padang, Mahyeldi Ansharullah, selain sebagai ajang atraksi pariwisata di Padang, acara tersebut juga menjadi bagian perjuangan bangsa Indonesia saat di zaman penjajahan Belanda.
“Telong telong tidak sekedar acara pawai atau atraksi untuk pariwisata. Namun, sejarah menyatakan bahwa telong-telong adalah bagian dari perjuangan masyarakat padang menjaga harga diri dari kesatuan Republik Indonesia pada saat zaman penjajahan. Jadi, acara ini sangat penuh makna. Selamat menikmati acara,” ungkap Mahyeldi dalam sambutannya.
Pihak Kemenpar pun datang diwakili oleh Kepala Bidang Promosi Wisata Alam Asdep Pengembangan Segmen Pasar Personal Kemenpar, Hendri Noviardi. Turut hadir pula Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang, Medi Iswandi.
Hendri menjelaskan, bagi masyarakat Padang telong-telong tak hanya sekedar festival biasa. Ada story telling sejarang panjang yang terkandung di dalamnya. Lewat telong-telong inilah rakyat Padang sukses memporak-porandakan pertahanan Belanda yang sedang menjajah Indonesia.
“Sejarahnya, telong-telong merupakan lampu yang digunakan pejuang untuk mengalahkan Belanda di Muaro Padang pada peristiwa heroic 7 Agustus 1669. Saat itu masyarakat Pauh dan Kuranji melawan VOC yang menindas rakyat dengan merebut loji-loji Belanda. Telong-telong ini strategi pejuang kita agar dianggap ramai,” jelas Hendri.
Peristiwa penyerangan loji Belanda di Muara Padang, 7 Agustus 1669, kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Padang.
“Malam itu Belanda tak menduga akan diserang. Sebab, mereka mengira rakyat hanya menggelar pawai tradisi biasa. Namun, tiba-tiba rakyat menyerbu dan memporak-porandakan loji-loji Belanda. Dengan kebersamaan dan kecerdasan masyarakat Minangkabau itulah, loji-loji itu akhirnya bisa direbut. Pesan yang ingin kita sampaikan, kita pasti mampu membangun negara dan Kota Padang dengan bersatu,” ucap Medi.
Pawai Obor dan Telong-telong diikuti oleh sebelas kecamatan yang terdiri dari 104 kelurahan se-kota Padang. Target yang dipatok, lima ribu wisatawan nusantara dan mancanegara.
Pawai dimulai dari depan Danau Cimpago, Purus, Padang, dan berakhir di Sudirman. Agenda tersebut dimulai setelah maghrib, diiringi dengan Gandang Tassa dan Kembang Api berakhir pukul 23:00 WIB.
“Hasil yang luar biasa dapat dicapai dengan cara yang tidak biasa. Kita tak akan bisa memenangkan persaingan kalau terus-menerus bekerja secara rutin alias business as usual, kita harus berinovasi, berarti menciptakan sesuatu yang baru. Oleh karena itu terus berjuang untuk berinovasi dalam hal apapun demi membangkitkan pariwisata Indonesia,” ucap Arief Yahya Menteri Pariwisata.
Bukannya itu foto telong-telong kota bengkulu?
Ganti artikelnya woiii.. apa2an ini.
FYI Bengkulu dan Padang Pariaman punya kesamaan budaya Tabot, Tabuik