Gubernur Sumatera Barat terus mengoktimalkan potensi wisata agar menjadi satu di antara lima destinasi wisata halal terbaik dunia 2019 ada di Indonesia yang ditetapkan oleh Global Muslim Travel Index (GMTI). Keinginan tersebut merujuk keberhasilan daerah Lombok sebagai rujukan.
“Mungkin memang perlu dimantapkan lagi di sini, karena saya sedang mengamati perkembangan yang ada di NTB mengenai nama yang disebut dengan wisata halal tersebut,” kata Irwan Prayitno.
Irwan mengatakan dirinya mendapat masukan dari praktisi hotel yang ada di Sumbar yang juga dibuat di Bali dan NTB, yang ternyata kurang menguntungkan dari promosi dengan menggunakan halal.
Menurutnya, ini juga sebagai salah satu evaluasi, dengan mengikuti syariah tapi mungkin tidak menggunakan judul itu. “Itu sebagai salah satu contoh,” tegas Irwan Prayitno. “Begitu pula dengan Sumbar sebagai swalayan Sumbar, semua produk tersedia dalam dalam destinasi, atraksi, dan sebagainya, agar menarik semua market,” jelas Irwan Prayitno.
Namun, menurutnya, untuk wisata halal sebetulnya daerah Sumbar tanpa dilabel pun itu sudah dikategorikan halal karena mayoritas 90 persen beragama Islam. “Sudah layak tempat, makanan, dan sebagainya,” kata Irwan Prayitno.
Menyusul adanya sebutan halal ada beberapa orang yang memiliki pikiran lain, itu dari pasar, sebut Irwan dikatakan market beropini. “Kita akan kembangkan tapi dengan beberapa perbaikan dari hasil diskusi agar benar-benar mantap di Sumbar,” ucap Irwan Prayitno.
Tidak ada kota tertentu yang ditetapkan sebagai destinasi wisata halal di wilayah sumbar. “Belum, baru disebutkan Sumbar saja, secara keseluruhan,” jelas Irwan Prayitno.
Ia mengatakan tidak ada kendala dalam perencanaan ini. “Waktu ketok palu di depan Kementrian Pariwisata saat mendiklat itu tanpa perdebatan, saat ditanya semuanya langsung setuju untuk konsep wisata halal ini,” sebutnya.