Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar, Riau dan Kepri berencana dalam tahun 2018 ini akan mengajukan Silek untuk bisa menjadi Warisan Budaya Dunia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Wacana ini lahir setelah BPCB menemukan makna dan filosofi asli Silek dalam Payakumbuh Alek Silek yang berlangsung di Kota Payakumbuh, 12-13 November 2018 kemarin.
Wacana untuk mempatenkan Silek ini dikemukakan Kepala BPCB dalam konferensi pers nya di rumah Walikota Payakumbuh, Rabu (14/11/2018). Jika wacana ini berhasil diperjuangkan Kemendikbud RI ke UNESCO, berarti Silek menjadi warisan Budaya Kedua milik Indonesia yang diakui dunia setelah Kapal Pinisi milik suku Bugis di Makasar tahun 2017 silam.
“Ini yang selama ini kami cari. Disini arti silek sesungguhnya yang kami dapatkan dari para pandeka Payakumbuh Alek Silek. Para pendeka berasal dari Malaysia, pelosok Nusantara dan Sumbar mampu menguak kembali apa itu Silek baik dari sisi gerakan, pemahaman dan kepribadian,” kata Nurmathias.
Dirinya mengaku sudah mendokumentasikan apa yang dibutuhkan baik secara digital dan tulisan hasil Payakumbuh Alek Silek untuk dibawa ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Sedangkan Di Kemendikbud RI, ada program untuk mencari budaya lokal yang akan diperjuangkan menjadi warisan budaya Dunia. Sampai sekarang belum ada yang direkomendasikan untuk maju menjadi Warisan Budaya Dunia dari Indonesia.
Dirinya berencana mengajukan sesegera mungkin sebagai budaya lokal Indonesia untuk diakui sebagai warisan dunia oleh PBB melalui Kemendikbud.
“Akan saya usulkan sesegera mungkin ke Kemendikbud. Semua bahan sudah lengkap dan tinggal dibikin laporannya saja secara rapi,” kata Nurmathias.
Dalam prosedurnya, pengajuan ini akan dilakukan pada akhir tahun 2018 ini dan dibahas di tingkat pemerintah pusat awal tahun 2019. Kemudian pertengahan 2019 akan diajukan ke UNESCO. Jika diterima dan diakui, maka Silek resmi menjadi warisan budaya dunia di akhir tahun 2019.
“Semoga prosesnya lancar dan Silek bisa menjadi warisan budaya dunia. Ini karena Payakumbuh. Mohon doa dan dukungan daei seluruh masyarakat Minang, khususnya Payakumbuh. Termasuk para pandeka Silek seluruh Nusantara ini,” kata Nurmathias.
Kembalikan Tradisi Anak Muda Basilek Di Rumah Gadang
Ketua Panitia Payakumbuh Alek Silek, Rothman Silitonga mengaku senang Payakumbuh Alek Silek menjadi referensi dan gerbang untuk dijadikan warisan budaya dunia. Hal ini butuh dukungan dari seluruh masyarakat Minangkabau untuk mengembalikan tradisi basilek di Rumah Gadang.
“Dulu, anak muda belajar di surau (mushalla-red) dan rumah gadang. Di Surau mereka Basilek Pikiran dan keimanan, di Rumah Gadang Basilek kejantanan. Inilah tradisi yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat minangkabau saat ini. Khususnya generasi muda,” kata Rothman.
Untuk memperjuangkan langkah BPCB ini, Rothman meminta tradisi ini dikembalikan lagi.
“Mari galakkan kembali tradisi kembali ke surau dan rumah gadang. Jangan terlena dengan modernisme yang akan menggerus nilai-nilai Budaya minang itu sendiri. Ini sama saja membunuh identitas kita sebagai orang minang. Mari sama-sama kembali ke tradisi lokal,” jelasnya.
Ia juga meminta jangan sampai setiap festival maupun acara silek hanya berupa seremonial dan kumpul-kumpul para pendeka Silek saja. Tetapi ada imbas balik positif kepada budaya minang dan kepribadian generasi muda. sumber