Sekilas Tentang SiMuntu Tradisi Unik Minangkabau dari Ranah Pagaruyung

Sekilas Tentang Simuntu Tradisi Unik Minangkabau dari Ranah Pagaruyung

SARIBUNDO.BIZ – Salah satu kebudayaan dan tradisi yang unik namun sangat menarik, mata para penikmat wisata Tanah Datar tak lepas dari satu sosok yang aneh dan bertingkah lucu.

Si muntu salah satu tradisi Minangkabau mulai hilang dan tergerus oleh kebudayaan luar, kalau ditanya kepada generasi muda saat ini apa itu Si Muntu, sudah barang pasti gelengan kepala yang akan dilakukan mereka.

Si Muntu yakni Seluruh tubuhnya dibungkus dengan ijuk . Wajahnya bertopeng seperti monyet ,dan selalu bertingkah lucu,

Si Muntu dikenal selalu mampu membuat penonton terpingkal-pingkal akibat tingkah lucunya, sesungguh menghibur hati terutama bagi anak-anak, biasanya Si Muntu digunakan untuk mencari sumbangan dan sumbangan itu diperuntukan bagi kepentingan masyarakat seperti kegiatan anak nagari berupa kegiatan olah raga atau kesenian.

Menurut Dt putih Niniik Mamak di Nagari Andaleh, Simuntu sudah ada sejak jaman dahulu masa Kerajaan pagaruyung dan dipergunakan juga untuk menacari sumbangan bagi kegiatan kalangan anak muda.

Alkisah suatu ketika acara kesenian memerlukan biaya yang cukup besar. Sumbangan ninik mamak saja tidak mencukupi. Mau diminta kepada masyarakat nagari, tidak ada yang mau menjalankannya. Ketika itulah ide untuk membuat si Muntu ditemukan.

“Si Muntu diarak keliling kampung. Dia tidak bersuara. Dia tidak pula meminta. Tetapi di kedua tangannya terpegang “tangguk” kosong. Bila merasa senang dengan kehadiran si Muntu yang bisa melenggang lenggok di jalan sambil diiringi telempong, maka berilah sesuatu ke dalam tangguk yang dia pegang, “Katanya.

Dt putih menyebutkan , setiap acara di nagari Andaleh ini warga selalu menantikan Simuntu ke rumahnya, rupanya kehadiran si Muntu dapat menggugah hati masyarakat.

“Jarang rumah yang didatangi tidak memberikan sumbangan. Sehingga modal acara kesenian jadi berlebih. Sejak itu pula, sudah jamak di nagari-nagari mempergunakan si Muntu sebagai pencari dana. Sehingganya keberadan si Muntu masa lalu dapat diibaratkan sebagai bentuk proposal sebuah kegiatan, ” Ucap Dt Putih.

“Sekaitan dengan kurangnya Si Muntu di tonjolkan Dt Putih mengungkapkan ,Kini zaman sudah berubah. Si Muntu sudah jarang dipertontonkan lagi. Hiburan sudah banyak, Kalangan pemuda pun, kini maunya serba instan. Sebagai seorang ninik mamak Ia berharap , agar Si Muntu terus dilestarikan melalui undangan ke acara yang dilaksanakan baik oleh Pemkab maupun di seluruh Nagari, “Harapnya.

Disarikan dari minangkabaunews

Related Posts

Leave a Reply