Beuh, bersumber dari laman nulis.co, kami mengetahui bahwa usaha rumah makan Padang memang sudah melegenda dari jaman dulu. Kurang lebih satu abad yang lalu, waktu itu Indonesia masih dijajah oleh kolonial Belanda, ternyata ada dokumentasikan yang membuktikan bahwa rumah makan Padang telah eksis.
Mungkin tidak bisa disebut rumah makan Padang, karena dari foto-foto yang berhasil ditemukan tersebut, masakan padang itu dijajakan di bawah sebuah tenda. Kurang lebih seperti tempat penjual nasi kapau tradisional di Bukittinggi.
Foto ini dirilis lewat situs KITLV-Pictura yang saat ini berganti nama menjadi media-kitlv.nl. Situs KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal Land- en Volkenkunde) ini adalah laman sebuah lembaga ilmiah asal Belanda yang memiliki fokus konten pada penelitian ilmu bahasa, antropologi, sosial dan sejarah kawasan Karibia, Oceania dan Asia Tenggara.
Indonesia merupakan salah satu objek penelitian dari lembaga ini. Jadi tak salah jika masyarakat Indonesia yang gemar mempelajari sejarah menjadikan situs lembaga ini sebagai salah satu sumber pengetahuan mereka. Sebenarnya wajar saja jika masyarakat Belanda memiliki arsip-arsip sejarah bangsa kita, karena dengan penjajahan yang mereka lakukan dulu, masyarakat Indonesia menerima keterbelakangan teknologi dan informasi.
Beragam dokumentasi sejarah, kaum Belandalah yang membuat karena memang mereka yang memiliki akses teknologi (kamera) saat itu. Hasil jepretan mereka terlihat sebuah warung nasi Padang yang sangat sederhana jika kita bandingkan dengan era sekarang.


Pada foto jadul itu tertulis ketarangan Een warong op de pasar te Pajo Komboeh Sumatera”. Kurang lebih jika kita artikan secara bebas ke dalam bahasa kita, artinya adalah “Sebuah warung nasi di Pasar Payakumbuh Sumatera”, dalam hal ini adalah Kota Payakumbuh sebuah kota kecil di Sumatera Barat. Masakan khas masyarakat Payakumbuh ternyata sudah tersohor sejak dulu. Kita mengenal Payakumbuh dengan masyarakatnya yang begitu pandai mengolah masakan padang hingga sangat lezat dan nikmat sampai dilidah. Payakumbuh juga memiliki rendang yang berbeda dengan rendang pada umumnya yang berbahan dasar daging. Rendang khas Payakumbuh adalah rendang telor yang mana masyarakat di sana berhasil menjadikan telor yang bertekstur lembut menjadi keras seperti kerupuk. Sampai-sampai orang tidak akan mengenal panganan yang sedang dimakannya itu berasal dari telor.


Jika saat ini rumah makan Padang bisa tampil elit dalam sebuah bangunan permanen, dulu, warung nasi Padang hanya sebuah pondokan beratap daun rumbia dengan tonggak bambu dan terpal. Kita pun tidak akan mendapati piring-piring yang banyak sebagai tempat hidangan masakan. Dulu orang langsung menggunakan kuali atau wajan sebagai tempat aneka lauk-pauk.
Dari sejarahnya para pemiliki usaha warung Padang suka memberikan masyarakat miskin lauk pauknya dengan cara dibungkus. Inilah yang menjadi cikal bakal mitos dikalangan penikmat masakan padang bahwa membeli nasi padang dengan cara dibungkus porsinya lebih banyak dibanding makan di tempat. Masyarakat miskin yang membeli dibungkus akan diberi porsi double agar bisa makan bersama dengan keluarga mereka di rumah, karena masakan padang di warung-warung nasi dulunya biasa hanya dinikmati para penjajah bule-bule belanda.
Ternyata memang, usaha nasi padang ini adalah sebuah legenda bagi masyarakat Indonesia, karena saat ini hampir tidak ada simpang dan gang kecil yang tidak kita temukan warung nasi padang di tempat itu. Baca : Jenis-jenis Rumah Makan Padang
[…] Referensi: Saribundo | Greatnesia […]