Rumah Gadang 20 Ruang, Terbesar dengan Panjang Lebih dari Lapangan Bola b

Rumah Gadang 20 Ruang, Terbesar dengan Panjang Lebih dari Lapangan Bola

Jika selama ini orang lebih mengenal rumah gadang 9 ruang, namun di Sulit Air, Solok, ada rumah gadang yang miliki 20 ruang. Rumah Gadang 20 Ruang terletak di Nagari Sulit Air, Kecamatan X Koto Diateh Jorong Silungkang, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat dan dikabarkan yang terbesar dan terpanjang di sana.

Bangunan ini dinamakan rumah gadang 20 ruang karena bilik atau kamar pada rumah ini terdiri dari 20 buah. Berdasarkan info yang dihimpun dari dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Rumah Gadang 20 ruang dibangun pada tahun 1820, tetapi bangunan ini terbakar dan kemudian didirikan kembali pada tahun 1901 selesai pada 1907.

Pembagunan rumah Gadang 20 Ruang setelah terbakar, tidak dibangun lagi sesuai aslinya. Rumah gadang yang pertama atapnya terbuat dari ijuk dan dinding semuanya diukir, tetapi pada saat pembangunan kembali dana yang tersedia tidak mencukupi. Untuk menyiasatinya, maka atapnya dibuat memakai seng dan bagian dindingnya dibiarkan polos.

Bangunan ini pada awalnya digunakan sebagai tempat berkumpul ninik mamak, para penghulu, dan yang paling penting merupakan tempat tinggal Bundo Kanduang Sulit Air. Dahulu, Rumah Gadang 20 ruang dikabarkan dihuni oleh 300 orang. Dua Datuk bertugas mengepalai kaumnya, dan dua orang Bundo kanduang sebagai pengatur tertipnya kehidupan di rumah gadang 20 ruang. Pada bagian Pangka dimiliki oleh Datuk Tamaruhun, sedangkan bagian ujung dimiliki oleh Datuk Ampang Limo.

Rumah gadang 20 Ruang ini sekarang dihuni oleh turunan Datuk Tamaruhun dan Datuk Ampang Limo. Saat ini, rumah gadang masih difungsikan juga sebagai tempat pelaksanaan upacara adat, dan tempat pelaksanaan pesta atau baralek apabila ada keturunan dari dua Datuk yang melaksanakan pesta pernikahan.

Dikabarkan, nama Nagari Sulit Air pertama kali diberikan oleh Datuk Mulo Nan Kawi, yang berasal dari Padang Panjang.

Saat itu, Ia merantau bersama kaumnya untuk mencari kehidupan yang baik. Pada suatu saat ia sampai di suatu daerah yang bernama Lubuk Parabung, kemudian beliau makan bersama-sama, ketika sedang makan beliau tersedak dan kesulitan mencari air jernih untuk diminum. Dari sinilah awalnya beliau memberi nama daerah ini Nagari Sulit Air.

Rumah Gadang 20 Ruang, Terbesar dengan Panjang Lebih dari Lapangan Bola b

Rumah Gadang Terpanjang Akan Masuk MURI

Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, berencana mencatatkan salah satu rumah adat setempat, yaitu Rumah Gadang 21 Ruang di Museum Rekor Indonesia (MURI). Rumah gadang panjang terletak di Nagari Abai memiliki 21 ruang.

“Apabila diukur panjangnya melebihi lapangan sepak bola dan layak dimasukkan rekor MURI sebagai rumah adat terpanjang,” kata Kepala Dinas Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Solok Selatan, Doni Hendra, di Padang Aro, dikutip Antara, Selasa 7 Juni 2016.

Dia menambahkan, Rumah Gadang Panjang merupakan salah satu objek wisata budaya yang dimiliki oleh Solok Selatan, selain kawasan seribu rumah gadang, dan Tangsi Ampek. Pada 2015 pemerintah daerah setempat telah melakukan pengembangan objek wisata Kawasan Saribu Rumah Gadang yang berada di Kecamatan Sungai Pagu.

Dalam mengangkat potensi wisata budaya Rumah Gadang Panjang di Nagari (desa adat) Abai, menurut Doni, perlu didukung dengan kesenian tradisional asli daerah itu yang selama ini masih terjaga kelestariannya, seperti batombe dan silat pangean.

Saat ini, objek wisata yang berada di Nagari Koto Baru tersebut telah dilengkapi dengan penginapan sebanyak enam buah yang menggunakan rumah gadang milik warga setempat. Dalam pengelolaan kawasan Seribu Rumah Gadang ke depannya, akan diserahkan ke pemerintah nagari setempat karena pengembangan lebih lanjut akan menonjolkan kearifan lokal.

“Arahnya nanti adalah nagari wisata yang menjual kearifan lokal, keseharian, budaya, kesenian warga setempat. Karena yang lebih mengenal adalah pemerintah nagari, maka pengelolaannya akan kami kembali ke nagari,” ujar Doni.

Dengan diserahkannya pengelolaan ke pemerintah nagari, kata dia, diharapkan penataan kawasan Seribu Rumah Gadang akan lebih baik. Selain itu bisa berkembang para perajin di daerah itu untuk menjual cendera mata dalam upaya meningkatkan perekonomian keluarganya.

Sebelumnya Association of Sales Travel Indonesia (Asati) Sumatera Barat akan menjadikan Solok Selatan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di provinsi itu dengan target wisatawan menengah ke atas baik domestik maupun mancanegara.

“Biasanya, paket wisata di Sumbar itu berpusat pada Bukittinggi, atau sekarang Kawasan Wisata Mandeh Kabupaten Pesisir Selatan. Namun kami ingin mengubah hal itu dengan menawarkan 1000 Rumah Gadang di Solok Selatan sebagai tujuan wisata premium,” kata Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asati Sumbar, Ade Nuzirwan.

Rencananya, target Asati membuat paket wisata ke Solok Selatan karena wisata di sana memiliki rasa yang beda dengan daerah lain di kawasan ini.

Ancaman Kerusakan Rumah Gadang Terpanjang

Kini dari 1000 rumah gadang itu, 372 diantaranya mengalami kerusakan. Mulai dari rusak ringan, sedang dan berat. Sementara jumlah rumah gadang yang layak huni di daerah itu kini hanya mencapa 591 unit. Sisanya masih dalam tahap perbaikan.

Lebih parah lagi, satu rumah gadang yang dikenal paling panjang di Sumbar bahkan di dunia nasib sangat miris. Kini sangat keropos dan terancam punah.

Bentuk kerusakan dari rumah gadang ini beragam. Ada yang atap sudah tidak ada, dinding reot, lantai rapuh, kulit hiasan dinding sudah copot dan lain sebagainya. Bahkan ada yang menanti hari bakal roboh.

“Perbaikan rumah gadang butuh dana besar, namun untuk pelestarian ini, persukuan di daerah tak punya anggaran, sehingga dibiarkan saja roboh. Kayu sulit, apalagi biaya pelestariannya,” ujar salah seorang niniak mamak di Sangir, Zulkarnain Dt Pintu Basa, pemilik salah satu rumah gadang yang rusak kepada Padang Ekspres (Jawa Pos Group).

Atas ketidakmampuan pihak sukunya memperbaiki rumah gadang ini, Zulkarnain Dt Pintu Basa berharap ada peran pemerintah dalam pelestarian cagar budaya tersebut.

Di kawasan wisata budaya seribu ruamah gadang, rumah gadang milik suku Bariang juga terancam punah. Baik atap, dinding, lantai, serta tangga rumah gadang yang dibangun dengan kayu juga sudah keropos.

Ketidakmampuan pihak suku memperbaiki rumah gadang ini, karena anggaran yang dibutuhkan untuk satu rumah gadang mencapai miliar rupiah. Dana sebesar itu sulit terkumpul persukuan.

Di samping itu sangat mustahil pihak persukuan mampu mengelola dan mengumpulkan dana sebesar itu.

Atas dasar itu pihak ninik mamak di Kabupaten Solok Selatan, melalui Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Budaparpora) untuk ikut memerhatikan. Sehingga cagar budaya di daerah itu bisa diselamatkan dari kepunahan.

“Kami (DPRD,red) siap memperjuangkannya. Dan segera bicarakan dengan dinas terkait. Kendala perbaikan selama ini tentang apa,” sebut Raymond Anggota DPRD Solsel yang juga tokoh masyarakat setempat.

Ninik Mamak Abai Sardi Dt Simajo menambahkan, kini nasib rumah gadang terpanjang di dunia di bawah naungan pasukuan Malayu Sigintiu kian terancam punah. Rata-rata dinding bagian belakang rumah terpanjang itu sudah berlobang.

“Begini nasib rumah gadang kami. Sisi dalam rumah gadang 21 ruang, dan atap 15 gonjong dengan panjang 95 meter. Bila diperbaiki, butuh dana sekitar Rp1 miliar. Suku kami belum sanggup menyiapkan dana sebesar itu,” sebutnya.

Cagar budaya yang dibangun tahap dua tahun 1972, sudah rusak parah. Bahkan atap sudah tiris. Dulu dibangun secara gotong-royong oleh 14 kaum persukuan yang ada di daerah itu.

Satu gonjong sebagai lambang rumah gadang terpanjang dan pusat perundingan niniak mamak. Dan 14 gonjong lain melambangkan jumlah kaum pasukuan yang ada di Abai.

“Dulu beratap ijuk, dan tiang-tiangnya memakai pasak kayu. Dinding terbuat dari bambu yang sudah disulam erat. Ruang kamar tidur dibangun menggunakan sekat-sekat pembatas, juga terbuat dari apit bambu dan kayu,” sebutnya.

Menurutnya, peranan Pemkab dan DPRD Solsel untuk melestarikan warisan cagar budaya ini sangat penting. Karena hanya Solsel yang memiliki satu-satunya rumah gadang terpanjang di Sumbar, bahkan di dunia.

“Saat ini baru sekadar terpopuler sebagai rumah panjang, namun kondisinya memprihatinkan,” papar tokoh masyarakat setempat, Mahyunar Chatib Ipi.

Related Posts

Leave a Reply