Penampakan tumbuhan ruku-ruku sekilas mirip daun kemangi. Namun perbedaan itu nampak dari bau daun, bentuk bunga dan adanya bulu-bulu halus pada batang tumbuhan ruku-ruku.
Tumbuhan ruku-ruku atau yang kerap disebut ‘holy basil’ atau lampes diketahui berasal dari Asia Tenggara. Namun tak banyak masyarakat terutama di wilayah Jawa yang tahu bahwa tumbuhan ruku-ruku itu bisa dijadikan salah satu bumbu pada masakan.
Acapkali tumbuhan ruku-ruku justru dibabat habis karena dianggap sebagai gulma. Meski terdapat sebagian masyarakat yang sudah mengetahui bahwa tanaman tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional diantaranya untuk mengobati penyakit mata, kulit, gigitan nyamuk, mengurangi stres dan sebagainya.
Lain halnya dengan masyarakat Minangkabau, di mana tanaman ruku-ruku tersebut ternyata sudah dikenal lama dapat dimanfaatkan sebagai campuran dalam berbagai masakan. Tanaman ruku-ruku itu diyakini dapat menambah aroma dan rasa serta menghilangkan rasa amis terutama pada olahan-olahan berbahan dasar ikan.
Menurut penuturan seorang kawan Minangkabau menyebutkan bahwa daun ruku-ruku merupakan salah satu kunci kelezatan dalam masakan Minangkabau sebagaimana yang terdapat dalam masakan seperti gulai kakap, gulai tunjang, asam padeh, singgang ikan, pangek ikan mas, balado ikan dan olahan seafood lainnya.
Tak hanya itu, dilansir dari Harianhaluan.com dari Orami selain masakan khas Minangkabau tersebut daun ruku-ruku juga dapat dijadikan bumbu tambahan pada ayam woku, gulai cumi isi telur, dan ikan bakar.
Caranya juga cukup mudah yakni dengan mencuci bersih daun ruku-ruku kemudian dicampur ke dalam masakan atau dapat juga dengan cara daun disobek atau dicincang halus. Itulah tadi seputar tumbuhan ruku-ruku yang memiliki banyak manfaat baik untuk kesehatan maupun bumbu masakan sebagaimana yang kerap dipraktikkan oleh masyarakat