Rendang Payakumbuh Diminati Bahkan Kuasai Arab Saudi

Rendang Payakumbuh Diminati Bahkan Kuasai Arab Saudi

Sebagai wujud memperkenalkan prodak dalam negeri ke kancah luar negeri, Pemerintah Kota (Pemkot) Payakumbuh, Sumatra Barat,optimistis mampu menguasai pasar rendang di Arab Saudi karena memiliki potensi cukup besar dari keberadaan masyarakat Indonesia yang menunaikan ibadah haji dan umrah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengikuti Pameran Produk Haji dan Umrah 2019 di Jeddah.

Wakil Wali Kota Payakumbuh, Erwin Yunaz menjelaskan, produk rendang Payakumbuh telah mendapat tanggapan positif saat dipromosikan di Pameran Produk Haji dan Umrah 2019 di Wisma Konsulat Jenderal (Konjen) RI Jeddah pada 24-26 Januari. Undangan Konjen RI di Jeddah tersebut didapat setelah Pemkot Payakumbuh menghadiri pameran serupa di pengujung tahun 2108.

“Hari pertama langsung turun gunung dalam rangka mempromosikan randang payakumbuh di Jeddah dan alhamdulillah langsung mendapat tanggapan positif, baik dari Konjen RI maupun pengusaha lokal sebab mendapatkan rasa asli dari sumber yang tepat dan bisa dikomunikasikan,” ujar Erwin di Payakumbuh, seperti dikutip Antara, Selasa (29/1).

Melalui pameran Produk Haji dan Umrah 2019 dihadiri oleh calon pembeli yang terdiri dari 72 perusahaan catering dari Mekkah, Madinah dan Jeddah. Serta 133 hotel di Madinah dan 158 hotel di Mekkah yang menjadi tempat menginap jemaah haji saat musim haji 2018.

Bukan hanya membawa sampel rendang, Pemkot Payakumbuh juga membawa buku dan video promosi rendang Payakumbuh yang berjudul Payakumbuh City of Randang yang turut diolah tenaga ahli dari Universitas Andalas. Erwin berharap, promosi mereka kali ini dapat menjaring banyak pembeli yang merupakan pengusaha catering maupun hotel di Arab Saudi.

“Dari promosi dan presentasi yang kita lakukan, Insya Allah sudah ada beberapa pengusaha yang siap merealisasikan pembelian kalio randang Payakumbuh untuk kebutuhan haji uan Umrah,” ungkapnya.

Erwin juga optimistis randang payakumbuh bisa memenuhi kebutuhan pasar haji dan umrah, mengingat daerah tersebut telah memiliki sarana produksi yang cukup lengkap.

“Kami optimistis bisa menguasai pasar rendang di Saudi ini, apalagi kita sudah memiliki sentra rendang di samping kampung rendang yang selama ini sudah eksis dan dikenal di pasar lokal. Insya Allah kami mampu menyuplai rendang dengan jumlah yang maksimal,” kata Erwin.

Indonesia sendiri merupakan penyumbang terbesar jamaah haji dan umrah ke Arab Saudi. Pada 2018, tercatat 221 ribu jamaah haji dan 1,2 juta jamaah umrah berasal dari Indonesia. Jika dirata-ratakan, setiap bulan terdapat 118 ribu warga negara Indonesia yang berada di Jeddah, Mekkah dan Madinah.

“Jumlah tersebut merupakan peluang pasar yang sangat besar dan perlu dioptimalkan khususnya bagi berbagai produk makanan khas Indonesia, termasuk rendang yang merupakan produk khas Ranah Minang,” jelasnya.

Potensi penjualan makanan Indonesia di Arab Saudi memang besar. Dalam menu katering untuk jamaah haji Indonesia saja, Kementerian Agama (Kemenag) turut menaruh resep masakan nusantara. Standardisasi ini ditegaskan harus dipenuhi para penyedia layanan katering maupun hotel di Jeddah, Mekah, dan Madinah.

Kepala Subdirektorat (Kasubdit) Dokumen dan Perlengkapan Haji Reguler, Kemenag Nasrullah Jasam sempat menyatakan, salah satu persyaratan sebuah katering menyediakan makanan bagi jamaah Indonesia adalah koki dan juru masak harus berasal dari Indonesia.

“Agar rasanya sesuai dengan selera jamaah,” ujarnya kepada Validnews beberapa waktu lalu.

Peluang di Saudi
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) pernah berupaya menjalin kerja sama dengan Kemenag untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke Arab Saudi. Melalui pemanfaatan pemenuhan kebutuhan jemaah haji dan umrah Indonesia selama menjalankan ibadah di tanah suci.

“Besarnya jumlah jemaah haji dan umrah Indonesia setiap tahunnya membuat pemenuhan kebutuhan para jemaah ini menjadi peluang yang sangat baik untuk meningkatkan ekspor nonmigas Indonesia,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda.

Menurutnya, kerja sama kedua kementerian penting dilakukan mengingat dalam periode 2013-2017 terjadi penurunan tren ekspor Indonesia ke Arab Saudi sebesar 8,98%. Pelemahan ekspor ini seiring tren menyusutnya total perdagangan kedua negara sebesar 17,75% dalam periode yang sama.

Sementara itu, terdapat potensi untuk meningkatkan perdagangan mengingat sat ini mekanisme pemenuhan kebutuhan jemaah haji dan umrah Indonesia dilakukan melalui penunjukan langsung dengan sistem seleksi.

Melalui mekanisme tersebut, Kemendag berharap Kemenag dapat mendorong perusahaan penyedia jasa di Arab Saudi yang ditunjuk untuk menggunakan produk-produk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan para jamaah.

“Kemendag akan membantu menyiapkan produk-produk yang dibutuhkan melalui para pelaku usaha/eksportir yang bekerja sama dengan KADIN atau asosiasi pengusaha. Untuk itu, kami mengharapkan dukungan dari seluruh pihak terkait agar rencana ini dapat segera dilaksanakan,” ujar Arlinda.

Beberapa komponen kebutuhan yang dapat dipasok dari Indonesia, di antaranya kebutuhan makanan dan minuman, bus untuk transportasi darat, dan perlengkapan penginapan.

Arlinda menegaskan, Indonesia memiliki kemampuan memenuhi seluruh kebutuhan tersebut. Namun, yang perlu mendapat perhatian khusus adalah menentukan mekanisme pelaksanaan di lapangan.

Related Posts

Leave a Reply