Punya Rendang Terenak, Kuliner Indonesia Masih Kalah di Dunia Internasinoal, Ini Sebabnya!

Punya Rendang Terenak, Kuliner Indonesia Masih Kalah di Dunia Internasinoal, Ini Sebabnya!

SARIBUNDO.BIZ – Meski punya ribuan jenis makanan berbeda rasa dan karakter, Indonesia belum bisa mengalahkan negara lainnya ketika membawa makanan ke panggung global. Bahkan, rendang yang sudah didapuk menjadi salah satu makanan terlezat di dunia, belum bisa mengangkat dunia kuliner Indonesia secara keseluruhan.

Di tingkat Asia Tenggara pun, masakan Indonesia termasuk yang tidak populer. Dibandingkan dengan Thailand, Indonesia masih kalah jauh.

Apalagi jika dibandingkan dengan cakupan yang lebih luas. Di tingkat Asia, China, Jepang, dan Korea Selatan, bisa dibilang menjadi yang terdepan dalam hal kuliner.

“Bahkan di banyak negara, restoran Indonesia selalu kalah populer dengan restoran Thailand,” kata Tendi Naim Penasehat Program Akademi Gastronomi Indonesia (AGI), ketika berbincang dengan CNN Indonesia usai acara Dialog Gastronomi Nasional di Hotel Gran Mahakam , Jakarta, belum lama ini.

Para pakar kuliner sepakat, kalau Indonesia memang masih jauh tertinggal soal kuliner dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Mereka juga sadar kalau Indonesia masih memiliki kekurangan pada banyak hal untuk mencapai titik yang sama. Hal ini terutama dilihat dari segi sumber daya manusia.

Tendi mengatakan, saat ini masih sulit untuk mencari juru masak yang bisa memasak makanan Indonesia dengan baik.

“Chef yang bisa masak makanan Indonesia itu tidak banyak, karena sekolah-sekolah pariwisata di Indonesia mengajarkannya western food, chinese food. Tapi untuk masakan Indonesia susah, tidak ada juga,” kata Tendi.

Dia menjelaskan, tidak ada kurikulum yang ‘mewajibkan’ sekolah-sekolah kuliner untuk mengajarkan masakan Indonesia pada siswanya. Alhasil, paar chef Indonesia tidak merasa ada keharusan untuk mempelajari masakan dari nenek moyang sendiri.

Masalah kekurangan SDM yang berkualitas ini juga diakui oleh pakar kuliner Arie Parikesit. Lebih jauh lagi, Arie menambahkan di kedutaan-kedutaan yang notabene menjadi teras depan Indonesia di negara lain, juga tidak mempunyai juru masak yang mumpuni untuk mempresentasikan masakan Indonesia di sana.

“Kedutaan di luar negeri belum semuanya mempunyai koki yang bisa masakan Indonesia. Ada, tapi belum banyak,” kata Arie.

“Berbeda dengan Thailand, mereka sudah disiapkan juru masaknya dari SMP, SMA, untuk ke luar negeri.”

Punya Rendang Terenak Ternyata Tak Cukup

Selain, SDM, tantangan lainnya adalah promosi ke luar negeri. Tendi mengatakan Indonesia belum punya pemetaan yang jelas dalam menyelenggarakan kegiatan kuliner di luar negeri.

Jumlah festival kuliner yang diikuti Indonesia, kata Tendi, cukup banyak tiap tahunnya. Tapi, sampai saat ini belum ada yang berhasil membuat makanan Indonesia terangkat.

Menurutnya, festival-festival tersebut digelar begitu saja, tanpa diikuti dengan aktivitas lainnya yang sebenarnya bisa menunjang festival itu sendiri. Festival sering sekali berakhir di tengah jalan tanpa ada kelanjutannya.

“Terkadang kita banyak food festival tapi selesai di satu tempat, kita langsung pindah lagi, pindah lagi, jadi tidak fokus. Coba setelah itu ada cooking class, acara penunjang lainnya. Kalau ada dan tiada terus seperti sekarang, pesannya tidak sampai juga,” ujar Tendi.

Di sisi lain, Arie menyebutkan, tantangan lainnya membawa masakan Indonesia mendunia adalah banyaknya ragam masakan Indonesia itu sendiri. Keberagaman yang seharusnya menjadi kebanggaan, tapi ketika dibawa ke panggung global, menjadi sulit.

Indonesia harus bisa memilih mana satu masakan yang akan dijadikan ikon untuk mempromosikan Indonesia secaa keseluruhan. “Harus strategis, bagaimana memilih makanan yang ditonjolkan,” ujar Arie.

Ditambahkan Tendi, Indonesia harus punya satu ikon masakan yang bisa populer di kancah global, untuk kemudian menjadi jembatan bagi masakan lainnya yang juga akan dipromosikan.

“Rendang misalnya. Semua restoran di luar negeri harus punya rendang. Itu satu yang wajib. Tapi menu yang lainnya bisa digabung. Jadi ketika orang datang ke restoran Indonesia, mereka berasumsi ada rendang di sana. Itu saja dulu,” kata Tendi.

Untuk negara-negara yang sudah mengenal masakan Indonesia, bisa diterapkan strategi yang lebih spesifik lagi yang disesuaikan dengan karakteristik negara tersebut.

“Di Belanda familiar dengan masakan Indonesia, kita bisa ‘bom’ banyak di sana. Tapi di Perancis, yang sangat sensitif terhadap rasa, coba satu atau dua jenis masakan dulu,” kata Arie. sumber

Related Posts

Leave a Reply