Kesenian Randai merupakan kesenian tradisi yang sudah lama hidup, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Minangkabau. Bahkan sudah ada yang menjadi darah daging bagi masyarakat Minangkabau yang mencintai kesenian Randai ini. Kesenian Randai sebagai seni tradisi sudah berumur cukup lama, kira-kira dari abad ke-7 M sebelum islam masuk ke Minangkabau. Kesenian Randai ini adalah warisan budaya Minangkabau pada masa lampau.
Kata Randai menurut sastrawan, budayawan, dan wartawan Indonesia Chairul Harun, kata randai berasal dari kata “andai” atau “handai” (bahasa minang) yang artinya berbicara dengan akrab mempergunakan kiasan, pantun, petatah petitih, serta dendang. Pada masa lalu orang Minangkabau selalu berumpama dengan berpantun dan berdendang.
Para pemain Randai sambil berdendang mereka juga melakukan gerakan mengikuti irama alunan dendang tersebut, dan disanalah terjadi pengabungan atau kolaborasi antara tari dan musik. Randai ini salah satu sarana untuk menyampaikan kaba, pesan pesan yang terkandung di dalam kaba.
Randai ini salah satu aktivitas para pemuda Minangkabu dalam mempelajari pencak silat , di saat para pemuda berlatih silat mereka berkaba, bercerita, kebiasaan ini terus berkembang dan mentradisi dalam kalangan pemuda dan masyarakat Minangkabau lainnya.
Menurut Wikipedia, Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah. Konon katanya Randai ini sempat di mainkan oleh masyarakat Pariangan, Tanah Datar ketika masyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut. Randai ini biasanya di mainkan leh beberapa orang dalam artian kelompok atau beregu, dimana dalam cerita randai ini ada yang menceritakan cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga dan cerita rakyat lainnya.
Kegiatan yang awalnya berasal dari gerakan pencak silat ini dan diikuti dengan alunan musik seperti gandang, talempong, saluang, bansi, dendang dan lain-lainnya ini berkembanglah menjadi Randai pada saat sekarang ini. Randai ini juga menjadi salah satu Seni Tradisional Minangkabau yang mendapatkan apresiasi oleh orang luaran sana khususnya Dunia.
Pada saat sekarang ini Randai adalah salah satu Kesinian Tradisional Minangkabau yang telah di kenalkan di Dunia Pendidikan, dan di upayakan untuk di jadikan kegiatan para siswa siswi di sekolah-sekolah di Sumatera Barat. Pengenalan Randai tersebut telah banyak menyentuh dunia pendidikan yang di jadikan sebagai Ekstra Kulikulernya, seperti di sekolah menengah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA), bahkan di salah satu Universitas yang ada di Sumatera Barat mengadakan kuliah Randai dengan tujuan memperkenalkan Randai kepada mahasiswa/i nya.
Akan tetapi para pelajar di Sumatera Barat di ajarkan bermain Randai , dengan tidak menggunakan sasaran silat yang terlalu harus di dalamami, karena silat memiliki gerakan yang sulit jika tidak bisa melakukannya dengan baik. Pembelajaran Randai dalam Ekstra Kulikuler ini hanya lebih di fokuskan untuk hiburan saja, mereka bergerak dengan pola Randai yang ada saja tidak dengan Pola teknik pencak Silat.
Dengan banyak siswa siswi yang belajar kesenian Randai dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolah-sekolah tersebut. Mereka sudah meneruskan apa saja Kesenian yang ada di Sumatera Barat, walaupun mereka belajar tidak menggunakan teknik pencak silat seperti orang-orang pada zaman dulu. Semakin banyak masyarakat mengenal kesenian Randai, sebagai kesenian dan warisan leluhur budaya masyarakat Minangkabau, semakin berkembang juga dan tidak akan pernah pudar kesenian kita ini sampai kapanpun. Dan akan eksis kedepannya walaupun sudah banyak yang mempengaruhui anak muda kita, hal yang paling cepat membuat para anak muda terpengaruh adalah Gedged yang semakin hari semakin canggih. Dan kita masih bersyukur masih ada juga penerus penerus kesenian Minangkabau di dalam dunia pendidikan, bahkan ada grup grup luaran sana yang juga melestarikan kesenian Randai ini seperti sanggar yang sudah banyak berkembang di Sumatera Barat.
Oleh: Febria Mayang Rahayu
/* Penulis adalah Mahasiswa Sastra Minangkabau, Universitas Andalas. Email: febriamayangrahayu02@gmail.com
Sumber artikel dan photo : minangkabaunews.com