SARIBUNDO.BIZ – Pacu berarti lomba kecepatan dan di Sumatra Barat sapi biasa disebut dengan Jawi. Pacu Jawi merupakan permainan tradisional anak nagari (desa) yang lahir dan tinggal di Kabupaten Tanah Datar.
Permainan ini setiap tahunnya diselenggarakan secara bergiliran selama empat minggu di empat kecamatan di Kabupaten Tanah Datar yaitu Kecamatan Pariangan, Kecamatan Rambatan, Kecamatan Lima Kaum dan Kecamatan Sungai Tarab.
Pacu Jawi dalam beberapa tahun belakangan menjadi agenda budaya yang sangat dicari oleh fotografer, baik dari dalam maupun luar negeri. Kearifan lokal ini sudah ada dari jaman dahulu, namun karena foto-foto Pacu Jawi banyak memenangkan penghargaan maka lomba foto ini menjadi spot wajib untuk para fotografer.
Untuk Jadwal Pacu Jawi Agustus 2017 akan dilaksanakan pada tanggal 5, 12, 19 dan 26 di Nagari Padang Laweh Kecamatan Sungai Tarab.
Perbedaan mencolok dari Pacu Jawi di Tanah Datar dengan Karapan Sapi Madura adalah lahan yang digunakan. Karapan Sapi menggunakan tanah datar sebagai arena, sedangkan balap sapi di Sumbar menggunakan area sawah yang sudah basah. Sehingga foto tampak lebih dramatis dan banyak mendapatkan moment yang bagus.
Filosofi dari Pacu Jawi ini adalah pemimpin dan rakyat bisa berjalan bersama. Inilah kenapa sapi yang dipakai Pacu Jawi ada dua ekor dan pemenangnya tidak ditentukan siapa yang tercepat tetapi yang bisa berlari lurus seperti orang yang selalu di jalan lurus lebih tinggi nilainya.
Yang unik Pacu Jawi dilepas sendirian dan tidak dipasang lawan, kono cara ini dibuat agar tidak terjadi taruhan yang kerap terjadi pada setiap balapan.
Sang Joki biasanya dibekali alat bajak pacu yang terbuat dari bambu sebagai alat berpijak sewaktu perlombaan dimulai. Ternyata alat tersebut merupakan salah satu peralatan yang digunakan petani untuk membajak sawah.
Keunikan Pacu Jawi kini menjadi salah satu cirri khas dari Sumatra Barat di wilayah Tanah Datar dan Lima Puluh Kota.
Jika diperhatikan sang joki pada saat mengendalikan sapinya mereka akan berusaha untuk menggigit ekor sapinya. Tujuannya, semakin kuat ekor sapi digigit maka semakin kencang larinya.
Disini kita bisa melihat sapi berlari kencang, joki mengendalikan sapinya dengan tangguh, cipratan lumpur berterbangan, soral-sorak penonton, serta sesekali alunan musik minang mengalun untuk memeriahkan kegiatan masyarakat ini. Baca : Karapan Sapi ala Pagaruyung
Tonton : Karapan Sapi ala Batusangkar