Nikmatnya Subbet, Makanan Sederhana Khas Mentawai

Sebagai suku yang kental akan budaya tradisional, tentunya Suku Mentawai memiliki kuliner-kuliner yang sedap. Kuliner-kuliner khas Mentawai, meskipun sederhana, tapi mampu memikat siapa saja untuk mencicipi. Di antaranya adalah Subbet.

Bentuknya bulat dan lonjong sebesar kepala tinju bayi dan sudah dilumuri kelapa parut. Itulah subbet, makanan khas Mentawai selain sagu.

Bagi warga Mentawai yang tinggal di Pulau Sipora dan Pagai Utara Selatan, subbet merupakan makan sehari-sehari sebelum ‘dijajah’ nasi. Namun, bagi penghuni Pulau Siberut, subbet juga dinikmati, tapi hanya saat ada upacara adat (punen).

Subbet merupakan makanan khas Mentawai yang terbuat dari bahan keladi yang dicampur dengan kelapa parut dan pisang. Keladi merupakan jenis umbi-umbian yang hampir sama seperti talas. Keladi memang menjadi makanan utama masyarakat Mentawai sejak dahulu selain sagu dan pisang. Dalam bahasa Mentawai, keladi disebut dengan gette’.

Ada empat jenis gette’ yang biasa ditanam di onaja (rawa berair), yaitu Simatanae’na, Sikaleleu, Silabuna, dan Sibirut. Beberapa jenis gette’ bisa tumbuh di tanah kering.

Gette’ yang bisa tumbuh di tanah kering hanya ada dua, yaitu Palapa dan Sikopkop. Palapa memiliki warna lebih merah dan aroma yang lebih harum dari jenis gette’ yang lain. Sikopkop bisa tumbuh baik di rawa-rawa maupun tanah kering.

Baca juga: 12 Jenis Batik Yang Dilukiskan Diatas Kue, Ya Bolu Batik Khas Padang

Dari 6 jenis gette’ tersebut, tidak semuanya digunakan bersamaan untuk membuat subbet. Jenis gette’ yang digunakan disesuaikan dengan selera masyarakat dan juga jenis yang tumbuh di lingkungan masyarakat tersebut.

Untuk menghasilkan makanan yang lezat ini jauh dari zat kimia, Basani Sababalat (43), ibu rumah tangga di Dusun Mapaddegat, Desa Tuapeijat, Kecamatan Sipora Utara, Mentawai, menuturkan, pertama yang dilakukan adalah mengupas pisang kapok yang sudah masak tapi tidak terlalu lunak, kemudian mengupas keladi. Keduanya direbus biar matang dalam periuk bisa jadi memasaknya selama 30 menit kalau apinya bagus.

“Kalau sudah masak pisang dan keladi itu dikeringkan selama lima menit, nah kalau sudah semuanya barulah ditumbuk dengan peralatan khas Mentawai,” ujarnya.

Alat untuk menumbuk keladi dan pisang itu adalah tutudduk terbuat dari kayu sepanjang 30 sentimeter yang sudah dihalus, sementara lulak merupakan baki Mentawai terbuat dari kayu dengan ukuran setengah meter.

“Kalau sudah selesai atau sudah halus maka berikutnya dilakukan memarut kepala dengan gigiok, gigiok tersebut terbuat dari duri dihutan khusus untuk memarut kelapa,” terangnya.

Selesai memarut kelapa maka keladi dan pisang yang sudah ditumbuk halus dibuat bulat kemudian dibulirkan diatas kelapa biar kelapanya melengket dibulatan keladi dan kelapa. Kalau sudah selesai makan bisa dicicipi. Rasa yang begitu nikmat dan lezat dan manis-manis akan bisa menambah selera makan.

 

Related Posts

Leave a Reply