Setiap orang memiliki cara sendiri untuk mencintai budaya leluhurnya, dan sudah seharusnya generasi muda yang lebih antusias untuk menjaga dan melestarikan budaya tersebut. Seperti yang dilakukan Siti Nafisah Sulaiman, gadih Minang keturunan Tanah Datar yang memiliki kecintaan terhadap budaya Minangkabau. Meski lahir di luar negeri, Siti Nafisah Sulaiman atau yang akrab disapa Nana ini ingin membuktikan kecintaannya pada Minangkabau.
Kecintaannya pada budaya asal orang tuanya telah menginspirasi Putri kedua dari Evariana dan Fachry Sulaiman untuk mendesain arsitektur dengan judul “Minangkabau Cultural Center”. Lulus dari jurusan Arsitektur-SAPPK ITB Bandung dengan predikat Cumlaude, Nana membuat tugas akhirnya dengan melakukan penelitian tentang sejarah dan budaya lokal, serta mengangkat potensi alam negeri asal nenek moyangnya di Tanah Datar.
Dalam konsep desain arsitekturnya, Nana mencoba mengangkat filosofi adat Minangkabau dengan mendekatkan konsep bangunannya tersebut dengan unsur milenial agar lebih akrab dengan generasi milenial. Ia pun berharap milenial bisa aware dalam menjaga kelestarian nilai-nilai budaya Minangkabau dimasa datang. Dan apa yang telah dilakukannya ini juga sebagai upaya pelestarian kebudayaan Minangkabau di Sumatera Barat.
Desain Cultural Center yang dirancang dengan pemetaan lokasi di wilayah perbukitan Batusangkar. Menurut Nana, tugas akhirnya ini mendapat tantangan sekaligus apresiasi dari dosen pembimbingnya.
“Karena keberanian dan keinginan saya untuk menggali nilai-nilai filosofi adat dan budaya Minangkabau dengan mengangkat konsep “Alam Takambang jadi Guru”. Apalagi saya sendiri belum pernah tinggal di Tanah Datar, jadi memang tugasnya sangat menantang sekali,” jelasnya seperti dilansir dari infosumbar.net
Hal ini dikarenakan Nana sejak kecil bersekolah di luar negeri, yaitu Singapura. Meskipun begitu, Nana mengungkapkan bahwa suasana budaya Minangkabau sangat kuat di dalam keluarganya. “Kedua orangtua saya adalah asli dari Tanah Datar, dan sangat menjaga dan menanamkan nilai-nilai tradisi Minang kepada anak-anak nya dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Kedekatan antara Nana dan Budaya Minang juga dibentuk oleh sang ayah. Ayahnya merupakan diplomat di KBRI Kuala Lumpur dan merupakan cucu dari Sulaiman Zulhudi yang pernah menjabat sebagai bupati Tanah Datar. Nana diketahui juga adalah salah satu dari cucu-cucu Makhudum-Yafas dari garis Ibundanya, dari rumah gadang Panai di Sumanik, Batusangkar.
Perempuan kelahiran Kuala Lumpur ini juga merupakan seorang pencinta kain tradisional Indonesia. Selain itu, lulusan cumlaude ITB Bandung ini juga memiliki hobi fotografi, melukis dan membuat batu alam.
Ketekunan nya di bidang fotografi mengantarkan Nana menjadi juara 1 Relly Foto Nikon SMA se-Jabodetabek. Ia pun aktif dalam gerakan Pramuka Garuda (Eagle Scout) dan pernah mengikuti Jambore Dunis di Jepang. Semasa kuliah, ia juga aktif menjadi penyiar radio 8 eh ITB dan juga di himpunan mahasiswa.
Melalui tugas akhirnya ini, Nana ingin mewujudkan rasa cinta dan kepeduliannya kepada nenek moyangnya, serta terhadap sejarah dan budaya Minagkabau, khususnya kabupaten Tanah Datar.