Mengunjungi Azmir Azhari Sang Pematung Realis

Azmir Azhari (67), pematung kawakan kelahiran Payakumbuh, Sumatera Barat pada tahun 1953 tersebut, bermimpi menjadi seorang seniman selepas tamat SMA. Ia memutuskan untuk meneruskan kuliah di ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia), yang kini dikenal dengan nama ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta.

Saat pembuatan maket patung Didi Kempot di halaman rumahnya nan asri, di Kebun Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (10/7/2020). Di halaman rumah itu juga nampak deretan patung tokoh-tokoh hasil karyanya.

Sebut saja patung Prof. Dr. H. Tabrani Rab, patung Lis Shao Bo, hingga patung Jenderal Sudirman dan Taufik Kiemas. Sudah lebih dari 50 patung telah Azmir buat. Pria kelahiran asal Payakumbuh, Sumatera Barat itu telah membuat beberapa karya seni untuk sejumlah negara seperti China, Hongkong, Jepang, Singapura dan banyak negara lainnya.

”Sudah lebih dari 50 patung yang saya buat bersama tim saya”. Semuanya tersebar di sejumlah wilayah,” kata Azmir saat berbincang dengan kompas.com.

Azmir mengungkapkan, beberapa patung yang dibuatnya antara lain patung Jenderal Sudirman dan patung Knalpot yang berlokasi di Purbalingga, serta patung Kapten Pierre Tendean yang kini disimpan di Museum Satria Mandala.

Sembari duduk, Azmir mulai menceritakan perjalanan karirnya sebagai pematung sejak masa orde baru hingga saat ini. Pada tahun 1973, Azmir memilih jurusan seni lukis. Namun, keinginan menjadi pelukis goyah hanya berselang satu tahun. Ia berputar haluan untuk menekuni seni patung pada tahun 1974. Keinginan Azmir menjadi pematung terpengaruh oleh sosok Edhi Soenarso. Edhi adalah seorang pematung maestro Indonesia.

Azmir menekuni seni patung realis. Ia mendapatkan referensi ilmu dari Edhi Soenarso dan pematung asal Prancis, Auguste Rodin. Bagi Azmir, patung bukan sekadar nilai seni, akan tetapi juga mengandung nilai sejarah bagi bangsa.

“Sebab, seni patung yang saya dalami, sebagai catatan sejarah dari para pahlawan yang dapat direkam rupanya, bentuknya, wajahnya, sikapnya, geraknya, proporsi tubuhnya menjadi satu bentuk 3 dimensi yang diabadikan. Sehingga, orang melihat, wah ini pahlawan saya,” pungkasnya. Sumber

Related Posts

Leave a Reply