Menarik! Inilah Geowisata di Ketinggian 1.400 Mdpl yang Berlokasi di Solok

Menarik! Inilah Geowisata di Ketinggian 1.400 Mdpl yang Berlokasi di Solok

Jika kamu berkunjung ke daerah Solok Sumatera Barat, ada baiknya mencoba Geowisata Talang Babungo. Tempat ini konon menjadi sebuah tempat pemandian putri keturunan raja-raja zaman dahulu. Ya, namanya adalah Pincuran Puti.

Kawasan pincuran puti memiliki tempat yang nyaman dan disuguhi oleh pemandangan alam yang begitu menakjubkan. Lokasinya terletak di Jorong Kayu Bajangguik, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok. Geowisata ini terletak di ketinggian 1400 MDPL luasnya mencapai 1,5 hektar.

Dengan berjalan kaki sekitar 1,5 KM untuk mencapai titik Pincuran Puti, membuat perjalanan menjadi menantang namun mengesankan. Namun semuanya itu terbayarkan karena sepanjang perjalanan disuguhkan dengan pemandangan alam yang indah dan menarik.

Yang menarik dari tempat ini adalah terdapat jembatan kecil dan tangga yang terbuat dari kayu-kayu hutan sebagai fasilitas pendukung untuk akses menikmati geowisata. Tak hanya itu, dalam geowisata ini juga terdapat miniatur kapal yang bisa digunakan untuk memandang keindahan Nagari Talang Babungo.

Di sini pengunjung bisa menikmati pemandangan yang menarik seperti kolam air kecil tempat bermain anak-anak dan juga terowongan kayu. Jika pengunjung ingin beristirahat juga ada gazebo yang terbuat dari kayu serta juga ada tempat untuk salat. Untuk tiket masuk kesana pun terbilang sangat terjangkau, 5.000 untuk masyarakat Nagari Talang Babungo serta Rp 10.000 untuk masyarakat luar Talang Babungo.

Sosok Pendongkrak Masyarakat Kayu Jangguik

Dibalik keberhasilan Geowisata ini tidak bisa terlepas dari sosok Hafizur Rahman yang menjadi pendongkrak semangat para masyarakat di Kayu Jangguik. Mungkin bisa dikatakan, Cita-cita desa yang pegang oleh masyarakat di sana datang dari figur Hafizur Rahman. “Desa kita adalah desa yang indah. Kita bisa mengubah pandangan dunia, sehingga dunia tak bisa akan berpaling. Tapi semua itu butuh kerjasama untuk mewujudkan cita-cita tersebut,” ucapnya seperti dilansir dari Bisnis.com

Diakuinya, pemilihan tempat Geowisata ini tentu bukan tanpa alasan. Kawasan pincuran puti ternyata memiliki tempat yang nyaman dan disuguhi oleh pemandangan alam yang begitu menakjubkan. “Keindahan itu lah yang kami jaga hingga saat ini. Sehingga kampung Kayu Jangguik kini dikenal sebagai kawasan geowisata,” kata Hafizur Rahman

Lebih lajut ia menegaskan, untuk menjadikan Pincuran Puti sebagai geowisata tidak terlepas dari campur tangan masyarakat Kayu Jangguik. Semua proses pengerjaan hingga penataan lokasi, dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat. Bukan karena materi, masyarakat melakukannya demi cita-cita yang sama yakni membangun desa untuk mengalihkan pandangan dunia. Hal itulah yang membuat masyarakat di Kayu Jangguik rela untuk menghabiskan waktu bekerja secara bergotong royong untuk menciptakan geowisata di kawasan Pincuran Puti.

“Kita mulai bekerja itu pada pertengahan tahun 2021. Pekerjaan dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat. Sedangkan untuk desain lokasi, kita dibantu oleh para anak muda yang peduli dengan wisata,” jelasnya.

Bahkan supaya di tempat pincuran air terlihat bersih, masyarakat desa pun secara bersama-sama rela menggosok lumut-lumut yang membaluti batu-batu yang ada di sepanjang aliran pincuran air tersebut. Tujuan hal itu dilakukan, agar air yang mengalir dari Pincuran Puti terlihat bersih. Sehingga membuat setiap pengunjung yang datang, bisa merasakan ketenangan dan rasa nyaman, ketika melihat derasnya aliran pincuran mengalir dari lereng perbukitan itu.

“Dari atas sana, kita bisa memandang Desa Talang Babungo yang memiliki 7 jorong. Kita bisa melihat hamparan perkebunan sayur serta tebu. Jika di malam hari, suasana akan terasa begitu syahdu, karena kabut menutupi Desa Talang Babungo disaat lampu-lampu rumah penduduk mulai menyala,” ujar Hafizur Rahman.

Kawasan dengan ketinggian 1.400 mdpl itu, tidak hanya menyuguhkan keindahan alam untuk dipandangi saja. Berada di kawasan Pincuran Puti, juga seakan menjadi sebuah momen berarti, karena dulunya kawasan itu hanya bisa didekati oleh para puti. Kini usaha dan semangat gotong royong masyarakat untuk mengubah kampung Kayu Jangguik jadi daerah yang dilirik pandangan dunia mulai berbuah manis.

“Ke depan Pincuran Puti akan terus dibenahi dan dikembangkan adanya tempat camping atau kemah. Masyarakat-masyarakat akan dilatih menjadi masyarakat yang siap mendampingi wisatawan bila datang ke Pincuran Puti, dan mewujudkan masyarakat yang ramah serta lingkungan yang asri,” tegas Hafizur Rahman.

Perlahan-lahan, dia melihat akan memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat di sekitaran Kayu Jangguik maupun di Talang Babungo sendiri. Apalagi, kata Hafizur Rahman, kawasan wisata Pincuran Puti ini sangat berdekatan dengan Jorong Tabek, yang merupakan kawasan binaan dari PT Astra International Tbk yakni Kampung Berseri Astra (KBA). “Kita harus melewati Zona 2 KBA Tabek untuk bisa menuju ke Pincuran Puti,” ujarnya.

Dengan adanya sinergitas antar daerah yang masih berada di Desa Talang Bungo itu, dapat memperkuat perekonomian masyarakat desa. Karena ke depan dengan telah hadirnya Pincuran Puti, akan mulai tumbuh tempat-tempat usaha baru dari masyarakat, mata pencaharian tidak lagi bertumpu pada pertanian dan perkebunan. Artinya UMKM pun akan mulai mencuat di sekitaran kawasan Talang Babungo. Kini asa masyarakat yang dibaluti dingin pagi itu, telah berhasil merangkai cita-cita, mengubah desa.

Semangat bersama untuk sebuah kampung yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan Ranah Minang ini, akhirnya terwujud sudah. Senyum bahagia dari masyarakat Desa Talang Babungo ini, seakan menguatkan pendapat dari William Penn. “Kehidupan desa lebih disukai, karena disana kita melihat pekerjaan Tuhan, tetapi di kota-kota hanya pekerjaan manusia. Dan yang satu menjadi subjek yang lebih baik untuk kontemplasi daripada yang lain.” Imbuhnya.

Related Posts

Leave a Reply