Setiap tahunnya, pada 28 Oktober masyarakat Indonesia memeringati Hari Sumpah Pemuda. Ikrar Sumpah Pemuda menegaskah cita-cita akan adanya Tanah Air Indonesia, Bangsa Indonesia, dan Bahasa Indonesia yang satu.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis oleh Moehammad Yamin, lalu diberikan kepada Soegondo ketika Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir Kongres Pemuda II (sebagai penduan) sambil berbisik “Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan kongres ini”.
Akan tetapi, tidak hanya Moehammad Yamin, Sunario, dan Soegondo yang merumuskan Sumpah Pemuda. Ada tokoh lain dari pembentukan rumusan Sumpah Pemuda. Melansir dari berbagai sumber, berikut tokoh tersebut.
Soenario Sastrowardoyo
Pria kelahiran Madiun, Jawa Timur 1902 merupakan seorang pengacara yang aktif membela para aktivis kemerdekaan pada waktu itu. Pemilik nama lengkap Prof. Mr. Soenario Sastrowardoyo ini dipercaya sebagai penasehat panitia perumusan Sumpah Pemuda dan juga pembicara.
J. Leimene
Saat Kongres Pemuda II masih berjalan, pemilik nama lengkap Johannes Leimena ini merupakan anggota panitia kongres. Perlu diketahui, pria kelahiran Ambon, Maluku 1905 ini merupakan aktivis yang mengetuai organisasi Jong Ambon.
Soegondo Djojopoespito
Tokoh pemuda kelahiran tahun 1905 ini merupakan seorang aktivis pendidikan yang juga tinggal di kediaman Ki Hajar Dewantara. Tidak banyak orang yang tahun bahwa Soegondo inilah yang memimpin jalannya Kongres Pemuda II hingga menghasilkan Sumpah Pemuda yang kini terkenal.
Djoko Marsaid
Merupakan wakil ketua saat Kongres Pemuda II berlangsung dan merupakan ketua Jong Java. Namun sayang, tidak begitu banyak informasi mengenai Djoko Marsaid. Meskipun demikian, namanya tetap tercantum sebagai tokoh penting dalam perumusan Sumpah Pemuda.
Amir Syarifuddin Harapan
Amir merupakan wakil dari Jong Batak Bond. Dalam perumusan Sumpah Pemuda, Amir kerap menyumbangkan banyak ide-ide hingga akhirnya Sumpah Pemuda selesai ditetapkan. Amir juga merupakan seorang aktivis pergerakan anti-Jepang yang pernah terancam hukuman mati.
Moehammad Yamin
M. Yamin lahir di Minangkabau tahun 1903. M. Yamin merupakan seorang penyair yang merintis gaya puisi modern di Nusantara. Selama perumusan Sumpah Pemuda, M. Yamin merupakan salah satu tokoh yang mendorong Bahasa Indonesia untuk digunakan sebagai bahasa persatuan.
A.K Gani
Bernama asli Adnan Kapau Gani merupakan aktivis pemuda yang lahir di Sumatera Barat tahun 1905. A.K gani bergerak dalam organisasi Jong Sumatra Bond.
Mohammad Roem
Merupakan aktivis pemuda sekaligus mahasiswa hukum. Rasa nasionalisme dalam dirinya terbakar setelah mendapatkan perlakuan diskriminatif di sekolah Belanda. Akhirnya, pria yang akrab disapa Moh. Roem ini bertekad untuk ikut dalam perumusan Sumpah Pemuda.
Kasman Singodimedjo
Kasman Singodimejo merupakan perintis keberadaan Pramuka di Indonesia. Kasman lahir di Purworejo, Jawa Tengah, ia pernah menjabat sebagai Jaksa Agung Indonesia periode 1945 sampai 1946.
Kartosoewirjo
Kartosoewirjo, pemimpin DI/DII yang mendeklarasikan Negara Islam Indonesia ternyata merupakan pelaku sejarah penting dalam Sumpah Pemuda 1928. Pria kelahiran 7 Februari 1905 ini salah satu anak Indonesia yang beruntung dapat mengeyam pendidikan di Eropa saat itu. Kartosoewirjo bersekolah di HIS (Holland Inlandsche School) di Rembang. Sekolah tersebut merupakan sekolah elit, khusus anak-anak Eropa dan Indo campuran.
Sarmidi Mangoensarkoro
Merupakan pembicara pada Kongres Pemuda II di hari kedua tanggal 28 Oktober 1928. Bersama dengan Poernomowoelah, Sarmidi Mangoensarkoro membahas masalah pendidikan. Sarmidi Mangoensarkoro berpendapat anak harus mendapat pendidikan kebangsaan serta keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Selain itu, anak juga harus dididik secara demokratis.
Wage Rudolf Soepratman
Nama WR Supratman sudah tidak asing lagi untuk masyarakat Indonesia. Pada Kongres Pemuda II, WR Supratman memperkenalkan lagu ciptaannya yang kini menjadi lagu kebangsaan Indonesia. Kala itu, lagu Indonesia Raya dimainkan WR Supratman menggunakan biola.
Sie Kong Liong
Sie Kong Liong punya peran besar dalam berhasilnya Kongres Pemuda II. Bagaimana tidak, pemondokan yang menjadi tempat berkumpul serta menyelenggarakan Kongres Sumpah Pemuda II adalah miliknya. Pemondokan yang penting untuk Kongres Pemuda II ini sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda.