Usaha kecil milik masyarakat menengah yang anjlok ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia, tidak terkecuali Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatra Barat (sumbar). namun tidak sedikit pula usaha kecil menengah milik masyarakat ini yang mampu bertahan dan terus berkembang dimasa pandemi.
Seperti usaha Pinyaram dengan brand Entuna di Jalan Rasuna Said No.8, Kelurahan Balai Batimah Tiakar, Kecamatan Payakumbuh Timur, Kota Payakumbuh ini. Sedikitnya 60 Kilogram beras ditumbuk sebagai bahan baku olahan makanan khas Minangkabau ini. Setiap harinya dengan pekerja sebayak Delapan orang, Pinyaram ini mampu diproduksi sebanyak 10 ribu buah.
Olahan kue Pinyaram ini sempat tidak produksi beberapa minggu ketika Virus Corona mewabah. Namun saat ini sudah bangkit kembali dalam kondisi sirkulasi ekonomi global yang lambat bahkan fluktuatif.
“Kita mulai produksi setelah lebaran haji kemarin. Sempat berhenti produksi sejak dua minggu sebelum puasa dan lebaran Idul Fitri 1441 H,” ungkapan pemilik usaha kue Pinyaram Entuna, Elmisdar kepada minangkabaunews.com, Kamis (13/8).
Dikatakan Elmisdar, usahanya ini sudah digeluti semenjak tahun 90an. Ketika tidak berproduksi saat corana melanda, dirinya mengaku mengalami kerugian jutaan rupiah. Dengan Doa dan ikhtiar ketika lebaran Idul Fitri masih mampu memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada seluruh pekerjanya.
“Jutaan rupiah ketika itu. Jauh hari kita sudah sisipkan uang untuk kebutuhan seluruh karyawan. Tinggal dibagikan saja ketika lebaran tiba,” Cerita Elmisdar.
Untuk pasar, kue khas Minangkabau ini sudah menjangkau beberapa pasar wilayah di Pulau Sumatra seperti, Sumbar, Riau Jambi, Bengkulu, Sumutra Utara dan beberapa wilayah lainnya di luar pulau Sumatra. Juga menjadi oleh-oleh bagi beberapa orang perantau Minang yang tersebar dibeberapa negara di dunia.
Mempertahankan rasa adalah kunci sukses Pinyaram Entuna, sehingga diminati oleh lintas generasi sebagai makanan pendamping. Tidak sedikit pula masyarakat membeli langsung ke dapur produksi Pinyaram Entuna. Tentu sekaligus untuk melihat cara olahan dan produksi Pinyaram tersebut.
“Alhamdulillah kami selalu konsisten dengan rasa dan olahan. Tidak ada berubah dari awal. Untuk harga, dalam bungkus kecil berisi 12 buah Rp.5.000, dan yang besar Rp. 10.000,” tutup Elmisdar. Sumber