SARIBUNDO.BIZ – Reputasi Sumatera Barat mungkin memang tak seterkenal pulau Dewata. Bahkan, bisa dikatakan Pulau Bali lebih terkenal daripada induknya, yakni Indonesia. Tapi bukan berarti Sumatera Barat tak punya daya tarik sama sekali di mata dunia.
Salah satunya masakan khas Padang, yaitu rendang, pernah masuk ke dalam urutan 10 besar yang dinobatkan sebagai makanan yang paling enak di dunia. Tak heran, banyak warga mancanegara terpikat akan nikmatnya citarasa rendang
Misalnya saja seorang mahasiswa Azerbaijan, bernama Leyla Qarayeva, sudah lama terpikat oleh nikmatnya rendang. Perempuan kelahiran tahun 1995 ini mengenal rendang dan mengenal Indonesia, karena mengambil perkuliahan prodi Indonesia, di Azerbaijan University of Languages (ADU).
Dengan menjadi mahasiswi di sini, ia sering terlibat dengan kegiatan yang diadakan oleh KBRI Baku dan tentunya ia tak jarang dapat mencicipi citarasa Indonesia di sini. “Rendang memang salah satu makanan favorit saya,” ujarmahasiswa Azerbaijan ini di Wisma Indonesia, seperti yang dikutip cnnindonesia.com
Saat bercerita tentang pengalamannya menghabiskan 3 bulan di kota Padang ini, Leyla juga tengah sibuk mengajari teman-temannya mahasiswa Azerbaijan University of Languages untuk berlatih Tari Piring.
“Salah satu tarian yang saya pelajari di sanggar ketika mengikuti program BSBI ke Padang adalah tari piring.” Leyla adalah salah satu perwakilan dari Azerbaijan yang dapat mengikuti program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia. Beasiswa ini merupakan program tahunan yang diberikan oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia.
Leyla bukanlah yang pertama mahasiswa Azerbaijan yang meraih kesempatan meraih BSBI dan menetap selama tiga bulan di Indonesia untuk mempelajari budaya Indonesia. Tapi ia yang pertama mewakili mahasiswa dan mahasiswi Azerbaijan untuk menimba ilmu di Pulau Sumatera.
Sebelumnya, kebanyakan para peserta BSBI dari Azerbaijan mendapat kesempatan belajar di Pulau Jawa dan Bali. “Setahu saya sudah ada 6 atau 7 orang mahasiswa/i ADU yang sudah mendapat kesempatan ke Indonesia, tapi mereka mengunjungi kota yang berbeda, Padang itu pertama kali,” ujarnya.
Ada 12 orang peserta BSBI dari 12 negara yang mendapat pelatihan di Sanggar Sofiani di kota Padang bersama dengan Leyla, peserta tersebut antara lain berasal dari Slovakia, Yunani, dan lainnya. Di sanggar ini, Leyla belajar tari-tarian seperti Tari Piring dan Tari Indang, ia juga belajar bermain alat musik dan bahasa. Selain menjelajah Padang, Leyla juga sempat pergi ke kota Bukitinggi dan Solok. “Bukitinggi indah sekali. Saya sangat senang.”
Ia pun bercerita tentang pengalaman berkulinernya di Padang. “Makanan di sana sangat pedas, pertama kali saya tidak bisa makan lalu lama-lama mulai terbiasa dan saat kembali ke Azerbaijan saya kangen masakan Padang,” ujar Leyla.
Berulang kali Leyla mengucapkan keinginannya untuk kembali ke sana lagi, ia juga bercerita saat itu sempat mengunjungi Jakarta. Tapi, ia memang sudah terlanjur jatuh cinta dengan kota Padang. Bahkan ia menyandingkan Baku, ibukota Azerbaijan ini dengan Padang dan tetap memilih Padang. Alasannya Tak ada macet, dan orang-orang di sana ramah, alamnya pun sangat indah. “Sampai sekarang masih kontak dengan teman-teman di sanggar dan teman-teman BSBI, saya ingin ke sana lagi.”
Leyla berharap cita-citanya untuk melanjutkan jenjang master di kota Padang dapat terpenuhi. Ia memilih prodi Indonesia di ADU, karena ia tertarik dengan Indonesia. “Saya suka orang Indonesia dan saya suka alam Indonesia. Dulu saya tidak percaya apakah saya bisa pergi mengunjungi Indonesia atau tidak, tapi ketika semakin lama belajar tentang Indonesia saya semakin ingin dan tertarik untuk ke Indonesia dan saya mengatakan keinginan ini kepada dosen saya, dan bilang saya ingin ikut BSBI,” katanya.
Di mata Leyla, Indonesia adalah negeri yang cantik, sangat indah, dengan masyarakat yang sangat ramah dan baik. “Tiga bulan ini sangat berkesan bagi saya.”