Ketika Mahasiswa Mancanegara Menampilkan Kesenian Minangkabau

Kota Pariaman sukses menggelar Festival Pesona Gandoriah dan baru saja ditutup, Kamis (3/7). Di balik kemeriahan penutupan tersebut, terdapat penampilan yang menarik. Yakni, pertunjukan keseninan Minangkabau yang ditampilkan mahasiswa mancanegara. Bahkan penampilannya apik seakan fasih seperti masyarakat asli.

Dikutip dari Padang Ekspres, penampilan para mahasiswa yang berasal dari 12 negara tersebut mendapat apresiasi dari penonton yang hadir. Adapun penampilan mereka yakni alat musik tradisional mengiringi rekan dari negara lainnya yang menyanyikan lagu Minang.

Renee, mahasiswi asal Bulgaria, penampilannya cukup menarik perhatian penonton. Dia tampil dengan mengenakan pakaian adat Minang di pentas utama Pantai Gandoriah. Perempuan berkulit putih bermata biru tersebut tanpa canggung menyanyikan lagu Minang lawas yang berjudul ”Usah Diratoki”. Berkali-kali penonton memberikan aplaus karena Renee terdengar cukup fasih membawakan lirik lagu tersebut. Nyaris tanpa salah.

Padahal, tak mudah bagi orang luar Minangkabau menyanyikan lagu berbahasa Minang. Salah pelafasan, bisa salah arti. Apalagi Renee yang baru dua bulan di Sumatera Barat (Sumbar). Penampilan Renee makin sempurna karena musik yang mengiringi lagunya juga dibawakan teman-temannya sesama mahasiswa asing lainnya.

Selain menyanyikan lagu minang dan alat kesenian tradisional Minangkau, mereka juga menampilkan Tari Indang, tari khas Piaman–sebutan lain dari Kota Pariaman. Saat menari, terlihat semua gerakan indang yang cenderung sulit dengan gerakan tangan yang tajam dan turun-naik, berhasil pula mereka bawakan dengan apik.

Mahasiswa mancanegara itu tergabung dalam penerima Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI), salah satu program soft power melalui Kementerian Luar Negeri Republika Indonesia. Selain dari Bulgaria, mereka juga berasal dari Iran, India, Jepang, Korea Selatan, Bosnia Herzegovina, Papua Nugini dan negara lainnya.

Dalam program itu mereka dapat membangun interaksi orang per orang dan antara masyarakat yang utamanya pemuda internasional dan nasional melalui media seni dan budaya.

Mahasiswa luar negeri meniup bansi, salahs satu alat musik tradisional di Minangkabau. (Zikriniati/Padang Ekspres/Jawa Pos Group)
Penampilan seni budaya para mahasiswa asing itu ditutup dengan aksi semangat Yongtaek Hong, asal Korea yang membawakan lagu lawas Lompong Sagu. Diiringi musik yang cenderung nge-beat dan menghentak-hentak, Yong bahkan melakukan aksi turun panggung mengajak pengunjung berjoget bersama. Aksi berani Yong disambut antusias pengunjung yang sebagian besar kaum milenial. Teriakan annyeong haseyo.

”Saya suka Minang, Pariaman, saya suka orang-orangnya karena mereka ramah. Apalagi mereka terlihat juga suka Korea Selatan,” ungkapnya dalam Bahasa Inggris kepada Padang Ekspres di pentas utama Pantai Gandoriah.
Yong mengaku sangat mencintai Minangkabau, terutama masyarakat dan lagu-lagunya.

Sementara itu, Renee yang terlihat low profile mengaku hanya latihan tiga hari untuk menyanyikan lagu berjudul ”Usah Diratoki”. Menurut dia, lagu tersebut sangat menyentuh dan musiknya mendayu-dayu, walaupun tidak mengetahui maknanya. ”Saya suka sekali,” ujarnya.

Ade Yusaf dari Sanggar Sofyani Padang menjelaskan, selama berada di Sumbar, 12 mahasiswa BSBI tersebut tinggal di homestay, Kota Padang. Sehari-hari mereka belajar seni dan budaya Minangkabau. Mereka juga sangat menikmati masakan khas ranah Minang. Selama dua bulan berada di Sumbar, mahasiswa asing itu sangat antusias belajar tentang budaya Minang.

Program BSBI yang digagas Kemenlu ini bagian dari upaya mengenalkan budaya Indonesia kepada mahasiswa asing. Untuk Sumatera, Provinsi Sumbar ditunjuk sebagai daerah tempat belajarnya. Selama di Sumbar, mereka tak hanya mempelajari seni dan budaya saja namun juga tentang daerah-daerah serta potensi pariwisata. ”Dengan begitu, mereka memiliki pengetahuan yang utuh tentang Indonesia, Minangkabau khususnya.”

Related Posts

Leave a Reply