Dimasa pandemi covid19 sulit untuk menjalani bisnis yang mampu mendapatkan untung besar, namun berbeda dengan Kopi Minang provinsi Sumatera Barat berpeluang untuk dilakukan peningkatan akses pasar dan ekspor ditengah kondisi seperti ini.
Proses ini didukung dengan diinisiasinya kegiatan Bussiness Matching antara Pelaku usaha/ Eksportir kopi dengan kelompok tani kopi minang provinsi Sumatera Barat pada tanggal 6-7 Oktober 2020 di Kota Padang. Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov. Sumatera Barat, Ir. Syafrizal menyambut baik pelaksanaan Bussiness Matching ini.
Hal ini menjadi momentum penguatan pasar kopi di Provinsi Sumatera Barat walaupun saat ini dimasa pandemic terdapat beberapa kendala pasar ekspor kopi, tetapi kedepan melalui kegiatan ini diharapkan ekspor kopi Sumatera Barat bisa meningkat signifikan.
Keberadaan perkebunan Sumatera Barat selain kopi juga dilakukan pengembangan komoditas kakao, kelapa, karet, sawit, teh, dan rempah-rempah. Ini perlu terus digali pengembangan hulu hilir dan ekspor.
“Kami jajaran Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan terus mendukung Ditjen. Perkebunan dalam akselerasi peningkatan ekspor komoditas perkebunan di Sumatera Barat, utamanya kopi di 7 sentra produksi kabupaten seperti Agam, Tanah Datar, Solok, Solok Selatan, Pasaman, 50 Kota dan Pasaman Barat,” ungkap Syafrizal dalam keterangan resminya, Kamis (8/10/2020).
Berdasarkan data Dinas TPHortiBun, ekspor kopi minang hingga bulan September 2020 dengan volume 275 ton atau senilai Rp. 6,45 milyar ke Malaysia, Korea Selatan, Hongkong dan beberapa negara Timur Tengah.
Acara ini dihadiri oleh pelaku usaha/ eksportir kopi dari Bandung yaitu PT. Surya Indo Singa melalui Direktur Utama, Lily ratnasari yang sudah berpengalaman lebih dari 3 tahun menjalankan bisnis ekspor kopi. Lily mengapresiasi dengan diadakannya kegiatan Bussiness Matching ini, walaupun ditengah pandemi, permintaan kopi masih terus berdatangan meski jumlahnya belum signifikan.
“Dalam waktu dekat saya mendapat order ekspor dari Korea dan Eropa dari jenis Robusta dan Arabika sehingga saya mengharapkan mendapat pasokan kopi dari Sumatera Barat,” ujar dia.
Lily mengapresiasi semangat para petani yang hadir pada acara ini hingga saat mengunjungi sentra kopi solok radjo. Dia mengharapkan petani kopi di Sumatera Barat dapat mempertahankan kualitas kopi untuk memenuhi selera pasar.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ir. Dedi Junaedi, M.Sc menyatakan ditengah kondisi perekonomian Indonesia yang defisit 5,32%, sub sektor perkebunan tumbuh positif dan menjadi jaminan pemulihan ekonomi nasional dari sektor pertanian.
Tercatat PDB sektor Pertanian tumbuh 16,24% pada TW 2 tahun 2020, khusus komoditas kopi, ekspor Indonesia ke dunia meningkat 12% dari sisi volume ekspor jika dibandingkan TW 2 tahun 2019.
“Ini menjadi angin segar bagi pengembangan komoditas perkebunan Indonesia terutama kopi minang, Sumatera Barat,” kata Dedi.
Dia berharap kedepan komitmen bersama antara Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov Sumatera Barat, Ditjen. Perkebunan dan para pelaku usaha dalam mengakselerasi peningkatan ekspor komoditas kopi, selain itu Bersama-sama dalam memperbaiki rantai pasok kopi, mutu produk, nilai tambah dan memperkuat kemitraan petani.
Pada kegiatan business matching ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Direktorat Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan, yang akan terus mendorong akses pasar kopi Indonesia terutama melalui promosi serta penyederhaan tata niaga dan prosedur-prosedur ekspor.
Selain itu juga dipaparkan perkembangan pemasaran kopi Minang di Sumatera Barat oleh Ketua Asosiasi Kopi Minang Sumatera Barat yang selama ini di masa pandemic untuk kebutuhan dalam negeri masih belum ada kendala yang signifikan terkait pemasaran. Permintaan terus berdatangan untuk skala kecil dan menengah ke beberapa kota di Indonesia dan stok kopi Minang masih mencukupi untuk memenuhi permintaan tersebut.
Juga dihadirkan ketua Kelembagaan Ekonomi Usaha KSPU-Solok Radjo yang membahas mengenai success story pembinaan petani kopi arabika dan pemasarannya di Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Direktur Jenderal perkebunan, Kasdi Subagyono mengucapkan selamat kepada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov. Sumatera Barat atas pelaksanaan business matching ini yang akan mendorong mensukseskan peningkatan ekspor komoditas perkebunan Indonesia utamanya produk kopi dalam rangka akselerasi program Gratieks yaitu Gerakan tiga kali lipat ekspor hingga tahun 2024.
Ditjen. Perkebunan terus memfasilitasi petani untuk memberikan bantuan sarana alat pascapanen dan pengolahan untuk menghasilkan produk-produk kopi bernilai tambah tinggi, juga dalam hal pembinaan dan pendampingan petani. Saat ini hanya tercatat Kopi Bareh Solok di tahun 2018 (dikenal dengan Sumatera Arabica Minang Solok) yang memperoleh sertifikat Indikasi Geografis, kami mendorong penetapan kopi-kopi di Sumatera Barat lain yang memiliki kekhasan dari sisi geografis yang dihasilkan melalui perbedaan rasa dan aroma.
Dia mencatat ada potensi jenis kopi Sumbar yang diperdagangkan dengan nama dagang Solok Rajo, Lasi, Robusta/Arabica Equator Talu, Kopi Kajai Spesialty, Charmintoran Coffee, kopi Payo dan lain-lain untuk mendapat pengakuan spesifik dari Indikasi Geografis.
Pengakuan indikasi geografis pada suatu produk diyakini akan membawa banyak dampak positif, terutama dari segi aspek perekonomian dan sosial antara lain mampu menghasilkan produk berday saing dan pada akhirnya mandongrak nilai jual suatu produk secara signifikan.
Diakhir acara ditutup dengan ditandatanganinya kesepakatan kerjasama kemitraan pemasaran kopi Minang Prov. Sumatera Barat antara PT. Surya Indo Singa dengan 16 Ketua Kelompok Tani Kopi Minang dari Kabupaten Solok Selatan, Pasaman Barat, Solok, 50 Kota, Agam, dan Tanah Datar dengan disaksikan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kasubdit Pemasaran Hasil, Kelapa Seksi Pemasaran Internasional dan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov. Sumatera Barat beserta jajarannya.Sumber