Kegiatan mairiak padi akan dihelat di Ngarai Sianok Bukittinggi pada areal Kelompok Usaha Tani Ngarai Saiyo, RT 07 Ngarai, Kelurahan Kayukubu.Ini merupakan langkah nyata mewujudkan Kampung Minang Saisuak di kawasan Ngarai yang tersohor itu.
“Tadi siang kita sudah menemui pak Walikota dan pak Wakil Walikota Bukittinggi bersama sama Kadis Pertanian, Camat Guguak Panjang, Lurah Kayukubu dan& Ketua RT 07 Ngarai sehubungan akan dilaksanakannya kegiatan “Mairiak Padi” Kelompok Usaha Tani Ngarai Saiyo di RT 07 Ngarai pada Selasa 20 Maret mendatang. Pak Wali dan pak Wawako menyambut hangat dan sangat mengapresiasi rencana perhelatan tradisional ini,” jelas Ketua LPM Kayu Kubu Eril Anwar kepada Haluan, Rabu petang kemarin (14/3/2018).
Mairiak, jelas Eril, adalah cara tradisional khas masyarakat Minang dahulu, dalam memanen dan memisahkan bulir padi dari batangnya dengan keterampilan dan seni tersendiri yang dilandasi semangat kegotongroyongan. “Nanti mairiak akan dilanjutkan dengan makan basamo di persawahan dan dengan menu ala kampuang,” jelasnya.
Rencananya, kegiatan tersebut juga akan dihadiri oleh wisatawan asing khusus dari Eropa. “Wisatawan akan diberi kesempatan mencoba mairiak padi. Ini bagian dari promosi budaya daerah,” jelas Eril.
Prosesi mairiak hingga makan basamo dengan menu ala kampung dilaksanakan di areal yang memang sudah terkenal dan viral di dunia maya karena sering dijadikan objek foto dan kunjungan. “Dulu jalan di tengah sawah yang kini viral di medsos, hanya jalan setapak. Alhamdulillah sejak jadi jalan usaha tani sekitar2014 atas kerjasama dinas pertanian, pemilik sawah dengan dimediasi oleh Ketua RT 07 Ngarai Efendi AR, Ketua RW 01 Atas Ngarai Alm. Gaffar Tock Mkt Rajo, Lurah Kayu Kubu, Ketua LPM Kayukubu Eril Anwar dan tokoh masyarakat, akhirnya dapatlah persetujuan dan kesepakatan untuk membuat jalan usaha tani. Jalan yang viral di medsos ini jadi titik awal mewujudkan kampung minang saisuak,” kata Eril.
Kampung Minang Saisuak yang digagas Walikota H Ramlan Nurmatias tahun 2017, terus ditindaklajuti mewujudkannya. Mulai dari pendataan rumah rumah warga yang akan pakai Bagonjong hingga pertemuan dengan para pemilik sawah agar tetap terus diolah dan berproduksi sekaligus dapat pula dijadikan objek dimana wisatawan bisa melihat dan mencoba proses batanam padi, mairiak padi sampai makan basamo di sawah pasca panen.
Semua aktifitas di Kampung Minang Saisuak melibatkan masyarakat setempat mulai dari kaum ibu yang berperan untuk menyiapkan makanan khas tradisional, para pemuda, kelompok seni setempat yang akan menampilkan atraksi seni budaya seperti randai, saluang, silek , tari tradisi dll. Selain itu juga niniak mamak, tokoh masyarakat setempat sdangat mendukung program ini.
“Menurut pak Walikota, di Kampung Minang juga direncanakan akan ada kincia aia saisuak, surau, tampat makan bajamba di bangunan tradisional. Semua dilaksanakankan sebagai upaya melestarikan seni budaya dan tradisi Minang, sekaligus pelestarian alam dan lingkungan Ngarai Sianok,” ulasnya.