Selain danau yang menawan dan kuliner yang popularitasnya mendunia, Sumatera Barat (Sumbar) memiliki destinsi-destinasi apik yang terus bermunculan. Kini destinasi wisata tak hanya ada di Padang dan Bukittinggi, namun daerah-daerah lain juga berbenah, semisal Sawahlunto, Pesisir Selayan, Agam, hingga Tanah Datar. Selain pertanian, wilayah-wilayah itu bisa memanen devisa dari pariwisata Sumbar.
Berikut destinasi wisata yang sedang populer di Sumatera Barat, dan terbilang jadi unggulan baru provinsi tersebut :
Padang Mangateh, Semirip Padang Gembala di Selandia Baru
Padang Mangateh merupakan padang penggembalaan sapi di Mungo, Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jaraknya dari Kota Padang lebih kurang 136 km dan dari Kota Payakumbuh sekitar 12 km. Lalu apa keistimewaannya?
Keindahan alamnya memang mempesona. Padang rumput seluas 280 hektar itu, mirip dengan Desa Hobbiton yang terletak di Matamata, North Island, Selandia Baru. Wisatawan asing dari wilayah Oseania, kerap menyandingkan keindahan padang rumput itu dengan Selandia Baru. Udara yang segar, panorama alamnya yang indah berlatar Gunung Sago, membuatnya sempurna sebagai pengembalaan sapi sekaligus lokasi bersantai.
Bila hari cukup cerah, panorama Kota Payakumbuh yang berbukit-bukit terlihat jelas dari Padang Manganteh. Demikian pula sunset dan sunrie-nya merupakan yang terbaik di Sumatera Barat.
Batu Runcing Silungkang, Dunia Jurrasic Ala Sawahlunto
Kecamatan Silungkang kini menjadi ikonik dengan keberadaab kawasan Batu Runcing, Runciang, atau Batu Unciang – dalam bahasa setempat. Pemandangan di kawasan itu memang epic: gugusan batu karst atau kapur menjulang tinggi tak beraturan. Mengingatkan wisatawan tebing-tebing purba era Jurrasic.
Kawasan Batu Runcing Runcing terletak di Dusun Sungai Cacang, Desa Silungkang Oso, Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto. Untuk sampai di kawasan Batu Runciang, dibutuhkan waktu sekitar lima belas menit dari jalan Lintas Sumatera, tepatnya di Jalan Lintas Tengah KM 20, Silungkang Oso, Simpang Puskesmas Silungkang.
Dari jalan aspal itu, wisatawan harus menyusuri jalan menanjak hingga sampai di kawasan Batu Unciang. Kawasan wisata ini dikelola oleh warga setempat sejak 2016, dan merupakan spot paling instagenic di Sawahlunto.
Air Terjun Lubuk Batang, Surga yang Tersembunyi
Berada di koridor tebing yang terlalu lapang, Air Terjun Lubuk Batang memang memikat. Wisatawan tak hanya merasakan sensasi segarnya air terjun, namun dinding tebing di kanan kiri air terjun, menciptakan suasana yang unik dan misterius.
Warga dan wisatawan menyebutnya surga yang tersembunyi, karena lokasinya yang tersebunyi diapit tebing. Untuk mencapai Air Terjun Lubuk Batang memerlukan waktu 6 jam dari kota Padang. Lokasinya berada di Jorong Koto Bangun, Kapur IX, Kabupaten Limapuluh Kota. Sesampai di Jorong Koto Bangun, wisatawan harus melanjutkan perjalanan menembus hutan – dengan biaya ojek Rp50.000 per orang.
Air terjun ini mendarat membentuk sungai kecil yang mengalir di sepanjang pasir putih. Pemandangan ini bisa dinikmati dengan berkemah. Pasalnya di bawah tebing itu, terdapat bagian yang lega untuk mendirikan tenda. Hanya perlu diingat, jangan membuang sampah atau menulisi dinding tebing. Selain merusak keindahan, air terjun ini belum dikelola. Butuh kesadaran besar wisatawan untuk merawatnya.
Nagari Pariangan, Salah Satu Desa Terindah di Dunia
Media pariwisata berbasis di New York, Amerika Serikat, Travel Budget memasukkannya sebagai salah satu desa terindah di dunia. Lokasi Nagari Pariangan berada di Kabupaten Tanah Datar, tepat di lereng Gunung Merapi. Desa ini memiliki hawa yang sejuk, karena berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.
Salah satu kriteria menjadi desa terindah adalah kemampuan Nagari Pariangan menjaga tradisi dan situs-situs bersejarah di wilayahnya. Perkampungan di lereng Gunung Marapi nan sejuk ini bersanding dengan keindahan Desa Wengen dari Swiss, Desa Eze dari Prancis, Niagara on The Lake di Kanada, serta Desa Cesky Krumlov dari Republik Ceko.
Di desa ini terdapat sebuah mesjid berusia ratusan tahun, Masjid Ishlah. Arsitektur masjid itu sangat unik, mirip dengan arsitektur Dongson di dataran tinggi Tibet. Di desa ini pun terdapat bangunan rumah gadang kuno, dengan dinding terbuat anyaman rotan dan ukiran kayu sebagai ciri khas bangunan di Sumatera Baratm semisal Balairung Sari Tabek atau Rumah Gadang tertua di Minangkabau, Rumah Gadang Dt. Bandaro I, Rumah Gadang Dt. Rangkayo Sati, Masjid Tuo Pariangan, serta Monumen Api Porda.
Nagari Pariangan merupakan desa kuno dan sebagai cikal lahirnya sistem pemerintahan khas masyarakat Minangkabau, yang populer dengan nama nagari.