Dapur Rumah Gadang, Lambang Sistem Ekonomi Masyarakat Minangkabau

Dapur di Rumah Gadang menjadi tempat yang penting bagi orang Minangkabau, selain untuk memasak makanan bagi semua anggota keluarga dan tamu yang datang juga menjadi cermin bagi penghulu atau mamak terhadap keadaan sosial ekonomi anak kemenakannya.

Menurut Penulis Buku Rumah Gadang (2013), Agusti Efi Marthala menyampaikan dapur adalah bagian yang penting di sebuah Rumah Gadang, karena pada dapur menjadi tempat memasak makanan yang akan dimakan oleh semua anggota keluarga dan tetamu yang datang.

Letak dapur di Rumah Gadang beragam, ada yang letaknya di bagian belakang dan ada yang di sebelah kiri dari bangunan. Letak dapur ini sangat tergantung pada sistem adat yang berlaku dan pengaruh adat selingkungan nagari.

Pada Museum Istano Basa Pagaruyung, dapur terletak pada bahagian belakang rumah gadang dan tangga dapur satu dengan tangga untuk naik dan turun dari rumah gadang.

Tangga yang menyatu dengan rumah ini sebagai lambang kewaspadaan seorang penghulu atau mamak terhadap tanggung jawabnya kepada anak kemanakan.

Dengan dipersatukan tangga ke rumah dengan tangga ke dapur seorang mamak atau ninik mamak yang akan naik ke rumah gadang dapat melihat keadaan anak kemanakannya yang ada di dalam rumah gadang.

Dapur adalah tempat memasak dan mengolah makanan sehari-hari yang mencerminkan keadaan sosial ekonomi pemiliknya. Maka sebelum mamak naik ke rumah matanya akan melihat dapur terlebih dahulu, tanpa bertanya dia sudah dapat melihat keadaan anak kemanakannya, apakah ada beras dan lauk-pauk yang akan dimasak atau tidak.

Secara arif seorang mamak tidak perlu bertanya kepada kemanakan atau saudara perempuannya melainkan dengan melihat sekilas dia sudah dapat membayangkan tentang ekonomi anak kemanakannya.

Disinilah letak kearifan dan kebijaksanaan seorang penghulu atau mamak, dengan ketiadaan anak kemanakannya, dia harus tanggap dan membantu keuangan atau apa yang diperlukan untuk mencukupi hidup mereka.

Pada upacara adat Batagak Penghulu, dapur menjadi tempat yang paling sibuk, disinilah ipar besan, anak pisang dan kerabat memasak makanan untuk dihiadangkan pada semua tamu dalam upacara.

Sementara dilansir dari laman tribunnewswiki.com, menyebutkan di balik Singgasana Museum Istano Basa Pagaruyung, ada jalan keluar di dekat tangga kayu. Jalan ini menuju ke selasar (serambi), yang menghubungkan antara bangunan inti istana dengan dapur.

Selasar menuju dapur ini cukup lebar. Kalau lurus akan keluar pintu belakang, dan turun menggunakan tangga kayu. Sementara dapur ada di sebelah kanan selasar.

Dapurnya luas sekali. Dari replika peralatan memasak yang ada, semuanya terbuat dari tanah liat. Diletakkan di atas semacam dipan yang sengaja ditumpahkan pasir halus.

Di atas dipan dengan pasir halus inilah, pekerja istana mengolah masakan. Menggunakan kayu bakar, tetapi karena ada alas pasir halus, maka pembakaran ini pun aman.

Dapur ini punya dua ruangan. Sisi sebelah kanan, ada tempat memasak yang dilengkapi perkakas dapur serba tradisional. Sedangkan pada sisi sebelah kiri, berfungsi sebagai tempat para dayang. (*) KLIKPOSITIF

Related Posts

Leave a Reply