Dadiah Yoghurt yang Kerap Dibeli Pejabat Kini Mulai Langka

Kuliner tradisional Sumatera Barat ( Sumbar ), Dadiah yang terbuat dari fermentasi susu kerbau di dalam potongan bambu sudah mulai sulit ditemui, khususnya di Kota Padang.

Dento (48), salah seorang penjual dadiah di Padang mengatakan hanya dirinya yang masih menjual dadiah. “Karena produksi dadiah ini juga sudah jarang. Saya sendiri memasok dadiah dari Balingka,” katanya.

Dento menceritakan, sulitnya mendapatkan dadiah ini membuat yogurt khas Minangkabau ini menjadi makanan khas dan ekslusif. “Yang beli dadiah ini banyak orang tua yang merantau dari darek ke Padang,” katanya seperti dilansir dari Tribunnews.com

Dento mengatakan, dirinya sudah berjualan dadiah selama 15 tahun. Sebelumnya, pria asli Balingka, Kabupaten Agam ini menjual dadiah di rumahnya.

“Dadiah khas Balingka” demikian tertera di becak motor yang Dento gunakan buat berjualan.

“Kalau di Padang ini saya baru lima tahun berjualan dadiah,” ujarnya.

Alasan Dento pindah dari Balingka karena tak ada lagi penjual dadiah di Kota Padang.

Dento mengatakan, di Kota Padang, pejabat pemerintah sering membeli dadiah jualannya. “Buya Mahyeldi kalau lewat sini kadang menyempatkan singgah dan membeli dadiah,” katanya.

Selain Gubernur Sumbar, dadiah khas Balingka yang dijual Dento juga pernah dibeli oleh eks Kapolda Sumbar Irjen Pol Toni Hermanto dan Irjen Pol Fakhrizal.

Dento mengatakan, Muhammad Asli Chaidir yang merupakan ayah Walikota Padang Hendri Septa, juga sering membeli dadiah yang ia jual. “Pak Leonardy anggota DPD juga pernah beli dadiah khas Balingka ini,” katanya.

Dento merupakan generasi keempat di keluarganya yang menekuni usaha berjualan dadiah.

Menurut Dento, daya tarik dadiah terletak pada khasiatnya yang bisa mencegah berbagai penyakit, seperti asma, asam lambung dan ginjal. “Pelanggan saya di Padang ini juga ada yang pensiunan TNI, pernah tukak lambung dan akhirnya sembuh karena rutin mengonsumsi dadiah,” kata Dento.

Sebelum mangkal di Jl. KH. Ahmad Dalan, Dento biasanya berjualan di kawasan GOR. H. Agus Salim.  “Karena tidak dibolehkan Satpol PP, pindahlah ke sini,” kata pria berkepala plontos ini.

Related Posts

Leave a Reply