bika-bakar

Camilan Khas Minang, Dari Bika Bakar Sampai Lemang Panas

bika-bakarBerwisata ke Sumatera Barat, baik mata maupun lidah kita akan dimanjakan. Pemandangan Kelok Sembilan sampai Rumah Bung Hatta akan membuat kita kagum. Sedangkan kuliner Minang dapat membuat lidah bergoyang. Lengkap!

Tidak ada kata bosan mengulangi kembali perjalanan ke Kota Padang. Alhamdulillah, kali ini menikmati kuliner. Kami makan siang di Lubuk Minturun dengan menu gulai ikan sungai, yang disajikan dalam belanga kecil dan ikan panggang.

Di jalan lintas Sumatera dari Padang ke Bukit Tinggi, kami meneguk kopi kawa dalam wadah tempurung, ditambah lemang panas dan durian. Kue singgang atau bika bakar dengan alat masak yang unik, lompong sagu dan pangek ikan dipanggang dengan sabut kelapa, oiii… lamak bana!

Singgah sekejap ke Pandai Sikek, kami membeli mukena dan bahan baju hasil pengrajin. Kami pun mengunjungi Rumah Bung Hatta tanpa dikutip bayaran. Kesannya asri, bersih, dan terawat dengan baik.

Semilir angin bertiup dari jendela yang banyak. Kami sempat salat dzuhur di kamar bujang di belakang. Terkesan dengan lumbung padi dan bendi yang mengantarkan Bung Hatta ke sekolah, terbayang betapa makmurnya hidup keluarga sang Proklamator di masa itu.

Ada lagi sarapan pagi lontong ‘pical ayang’. Alhamdulilah, lamak bana menyantap itik lado mudo di Ngarai Sianok. Teman saya membawanya ke Jakarta. Lanjut ke Kelok Sembilan di Payakumbuh.

Masya Allah indahnya alam Indonesia, dengan jembatan yang baru diresmikan oleh Presiden SBY. Sengaja turun ke air terjun di pinggir jalan dan berfoto ria yang merupakan hobi saya.

Perjalanan pulang dari Bukit Tinggi ke Padang, kami singgah membeli paniyaram dan masih awet sampai di Medan. Dendeng balado, kripik balado, kue angka lapan, bika bakar, beras rendang, dan lompong sagu.

Lengkaplah sudah memenuhi kardus untuk oleh-oleh dibawa pulang ke Medan. Sumatera Barat, saya akan kembali lagi!

sumber

Related Posts

Leave a Reply