Budaya Serak Gulo, Uni, Asalnya dari India, Namun Namanya dari Minang

Budaya Serak Gulo, Uni, Asalnya dari India, Namun Namanya dari Minang

Warga keturunan India di Ranah Minang, seperti juga warga Tionghoa, masih melestarikan tradisi leluhurnya. Salah satu tradisi turun-temurun yang masih ada hingga saat ini adalah serak gulo atau menyebar gula. Tradisi ini juga ramai ditonton warga lokal.

Pada pertengahan Februari, warga keturunan India di Padang melakukan tradisi serak gulo. Prosesi pelaksanaan serak gulo ini diawali doa bersama yang dilanjutkan pembagian air minum khas berupa air asam.

Kemudian, dilakukan pemasangan bendera hijau dan putih serta menaikkan gula ke atas atap Masjid Muhammadan untuk dibagikan kepada warga yang menunggu di bawah. Tidak hanya warga keturunan, warga lokal pun ikut berebutan untuk mendapatkan gula yang telah dibungkus tersebut.

Kali ini, gula yang dibagikan sebanyak 6 ton. Terlihat rona keceriaan di wajah warga yang berhasil mendapatkan gula. Sementara, yang belum mendapatkan, berusaha untuk terus meraih keberuntungan.

Ketua Umum Himpunan Keluarga Muhammadan Padang, Ali Khan Abu Bakar, mengatakan, ada sekitar 1.500 warga keturunan India beragama muslim yang mengikuti serak gulo. Jumlah ini di luar warga Minang yang juga turut serta.

Jumlah 1.500 warga keturunan India, sebut Ali Khan, tak hanya keturunan India yang tinggal di Ranah Minang. Tetapi juga warga keturunan India yang ada di perantauan. “Biasanya mereka pasti akan pulang dan terlibat di perayaan ini,” ujarnya kepada Liputan6.com.

Ali Khan mengatakan, serak gulo kali ini berbeda dengan tahun lalu. Sebab, selain membagikan gula juga digelar lomba Memasak Nasi Biryani, Kari Dalcha, Pacri Nenas, dan Musik Ghazal. Tahun lalu kegiatan ini tak dilakukan.

Peneliti tradisi serak gulo, Iskandar, mengatakan, tradisi yang diadakan pada Jumadil Akhir ini telah berusia ratusan tahun. Di dunia, perayaan serak gulo hanya dilakukan di tiga daerah, salah satunya di Kota Padang.

“Selain di daerah asalnya di Nagarsarif, Patinam, India Selatan, perayaan tradisi ini juga digelar di Singapura. Di Indonesia, satu-satunya tradisi ini hanya dirayakan di Padang,” ujarnya.

Iskandar sendiri pernah mengikuti tradisi ini di India. Di negara itu, sebutnya, perayaan ini sudah digelar sebanyak 461 kali. Maknanya sendiri yaitu untuk ungkapan rasa syukur dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

“Sebelum gula ini diberikan kepada panitia atau masjid, warga keturunan India telah terlebih dahulu bernazar berharap sebuah kebaikan,” ujarnya.

Menurut Iskandar, bagi warga India, tradisi ini melekat dalam kebudayaan mereka. Makanya, di mana pun warga keturunan India berada, mereka akan selalu berusaha melestarikan adat, budaya, dan keseniannya. Liputan6

Related Posts

Leave a Reply