Siapa sangka masjid kuno yang sudah berusia 300 tahun di Penang Malaysia ini dulunya didirikan oleh seorang ulama yang berasal dari Minangkabau. Masjid tua ini memiliki desain dan struktur bangunan yang unik, keasliannya pun masih terus dipertahankan sampai saat ini. Tak ada yang berubah dari ruang sholat utama dengan empat pilar dari masjid kuno ini, termasuk mimbar dan kubahnya yang terbuat dari kayu cendana.
Seperti dilansir dari Republika.co.id, Ketua DKM Masjid Jamek Batu Uban Sheikh Abdul Azizi, menuturkan, ada beberapa perubahan yang dilakukan pada masjid ini, namun tidak mempengaruhi desain asli masjid. Seperti penambahan mushola yang merangkap sebagai ruang makan untuk berbuka puasa atau tempat kegiatan yang diadakan di masjid.
Dari pengakuan ketua DKM masjid ini, terungkap bahwa masjid ini didirikan pada 1734 oleh Syeikh Muhammad, seorang ulama terkemuka asal Minangkabau, Sumatra Barat, Indonesia atau dikenal dengan sebutan Syeikh Muhammad Saleh Al-Minangkabawi atau Syeikh al-Islam. Pembangunan masjid ini bahkan dilakukan 52 tahun sebelum Francis Light menginjakkan kaki di Pulau Penang, yang kemudian dikenal sebagai Pulau Kesatu.
Mengutip katasumbar.com, Sosok Muhammed Saleh sendiri juga dikenal dengan panggilan Maharaja Nan Intan Tunku Patih Nan Sebatang. Kiprah Maharaja sendiri bermula dari pelayarannya dari Sumatera ke Malaysia. Ia sendiri merupakan perantau Minang asal Payakumbuh, yang saat itu tercatat sebagai daerah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung, tepatnya di Kampung Buadi (Bodi).
Dalam pelayarannya, Maharaja meninggalkan tanah Minangkabau bersama dua orang saudaranya, yang kemudian dirinya sendiri memutuskan menetap di Batu Uban. Sementara itu, kedua saudaranya itu melanjutkan pelayaran ke Bayan Lepas dan Jelutong.
Sumur Tak Kering Meski di Musim Kemarau
Sungguh kuasa Allah dengan segala kebesarannya. Ternyata di masjid ini juga terdapat sumur yang menurut sejarah dibangun pada ratusan tahun yang lalu juga. Airnya pun tidak pernah kering meskipun dimusim kemarau.
“Menurut sejarah, ketika Haji Mohammed Saleh tiba di sini, dia menemukan dua mata air tidak jauh dari pantai. Setelah itu, ia memutuskan untuk membuka daerah tersebut dan sumur tersebut digunakan oleh para pengikutnya untuk persediaan air mereka. Meskipun sumurnya tidak jauh dari pantai, airnya tidak asin,” katanya Syekh Abdul Azizi
Kendala Perbaikan
Menurut Syekh Abdul Azizi, bukannya tidak ingin masjid diperbaiki. Namun jika dilakukan, tentunya masjid tidak bisa digunakan dan akan meresahkan masyarakat sekitar. Selain itu, kendala lain yang mengurungkan niatnya untuk melakukan renovasi adalah perlunya pelibatan kontraktor yang berkualifikasi agar struktur asli masjid masih dapat terjaga, kata dia. Pada 2006, Penang Heritage Department telah mengubah struktur atap masjid agar lebih aman, tambahnya.