Jarang ada orang Indonesia yang tak menyukai cita rasa masakan Padang. Begitu kaya rasa berkat bumbu yang berlimpah, pedas, dan juga santan yang membuatnya gurih dan berlemak. Seperti halnya masakan Nusantara dari daerah lain, masing-masing memiliki karakteristik hidangan yang berbeda, tergantung dari sumber daya alam dan budaya daerah setempat.
Begitupun juga dengan kuliner asal Sumatera Barat yang sangat kaya akan variasi kulinernya. Siap bertualang rasa ke berbagai wilayah Sumatera Barat yang populer akan kulinernya seperti Bukittingi, Pesisir Padang, atau Payakumbuh? Sebelumnya, ketahui dulu ciri khas dapur Minang berikut ini!
Kaya bumbu dan rempah
Salah satu pesona kuliner Indonesia adalah kekayaan bumbu dan rempah yang jadi kunci kelezatan masakannya. Bumbu dan rempah yang jadi ciri khas tentunya berbeda di setiap daerah. Wilayah Timur Indonesia populer dengan rempah eksotik seperti cengkeh, pala, dan kayu manis. Sementara itu, masakan khas Sumatera Barat memadukan bumbu-bumbu seperti lengkuas, serai, daun aromatik seperti daun jeruk, daun kunyit dengan kapulaga, kayu manis, cengkeh, jintan dan rempah lainnya dengan santan. Keberadaan rempah ini merupakan jejak dari pedagang Arab dan India di masa lampau yang singgah di kawasan Sumatera Barat.
Perpaduan rempah untuk masakan Padang.
Penyuka rasa pedas tentunya suka dengan masakan Minang adalah karena cita rasanya yang medok dengan cabai. Wilayah Sumatera Barat yang banyak berada di dataran tinggi membuat cabai berjasa sebagai penghangat tubuh melalui masakan. Meski begitu, cita rasa pedasnya tak mengalahkan pedasnya dapur Sulawesi Utara, Gorontalo ataupun Jawa Timur yang banyak menggunakan cabai rawit dalam masakannya. Dapur Minang banyak menggunakan cabai merah besar, cabai merah keriting, dan cabai hijau yang tingkat pedasnya masih di bawah cabai rawit.
Cabai wajib diulek
Saking berharganya cabai dalam masakan Minang, pemilihan dan pengolahannya menjadi sangat penting. Hampir semua masakan Padang menggunakan cabai dalam proses memasaknya. Misalnya saja rendang, asam padeh, dendeng batokok, dan masih banyak lagi. Meski begitu, masyarakat suku Minang nampaknya tetap ingin mempertahankan proses pengolahan cabai secara tradisional, yakni dengan cara diulek.
Lihat saja sambal hijau yang selalu dihidangkan di restoran Padang atau nasi Kapau, cabainya hijaunya selalu dipajang dalam keadaan ulek kasar. Saking pentingnya cabai ulek di dapur Minang, ada banyak sekali para ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengulek cabai di pasar-pasar tradisional di Sumatera Barat. Sampai-sampai mereka sudah terbiasa mengulek cabai dari utuh hingga halus hanya dalam waktu 10-15 menit dan itu untuk menggiling sekilo cabai!
Ayam tanpa kulit
Kalau kita perhatikan, baik gulai ayam, ayam pop, atau ayam bakar di rumah masakan Padang otentik tak pernah menyertakan daging ayam beserta kulitnya. Di pasar-pasar tradisional Sumatera Barat, setiap ekor ayamnya dijual dalam keadaan sudah tak berkulit. Cara mengupas kulitya pun unik, yakni penjual memberi beberapa sayatan pada beberapa bagian tubuh ayam, lalu menarik bulu dan kulitnya dalam sekali proses secara cepat!
Penggunaan santan yang banyak dan pekat hampir ditemui di semua menu masakan Padang, seperti rendang, gulai, asam padeh, dan kalio. Begitupun pada berbagai hidangan manisnya seperti bubur kampium, dadiah, atau bika. Santan inilah yang menyumbang rasa masakan jadi lebih gurih, medok, berlemak, dan tentunya lebih sedap.
Sungguh sebuah keunikan kuliner kelas dunia dipertunjukkan oleh masakan Minang. Fakta-fakta tadi tentu akan membuat kita semakin mengapresiasinya. Namun, berbagai kuliner Indonesia lainnya memilki keunikan tersendiri yang perlu kita pelajari juga lho!