Berawal dari Warung Pinggir Jalan, Rumah Makan Minang di Singapura Sukses Hingga Generasi ke Tiga

Berawal dari Warung Pinggir Jalan, Rumah Makan Minang di Singapura Sukses Hingga Generasi ke Tiga

Sama-sama kita ketahui jika rumah makan khas Padang, Sumatera Barat sangat mudah ditemui di sepenjuru nusantara. Bahkan tak hanya di Indonesia, restoran Minangkabau kini juga mulai ada di berbagai negara. Salah satunya adalah RM Padang yang ada di Singapura. Restoran Padang yang paling dicari ini adalah Rumah Makan Minang.  Sebab selain enak, masakan dan makanannya yang otentik. Kehadirannya pun mampu melepas kerinduan atau obat lapar para perantau dan wisatawan.

Mungkin saja hal itu yang memperkuat kaki Rumah Makan Minang demikian namanya bisa bertahan hingga 60 tahun lebih disana. Terletak di lokasi yang populer di Singapura, RM Minang berhasil mendulang kesuksesan sejak pertama berdiri tahun 1954 silam.

Rumah makan ini beralamat di Kampong Gelam, tak jauh dari Masjid Sultan. Lokasi rumah makan ini tidak jauh dari destinasi wisata populer Singapura. Makanya keberadaan restoran ini jadi salah satu tempat penting di lokasi itu.

Rumah makan ini dulunya didirikan oleh sosok bernama Marlian, seorang perempuan asal Padang yang merantau ke Singapura. Kini, rumah makan yang dikelola turun temurun itu punya 40 menu asli Minang yang disajikan. “Ada 40 sampai 50 lauk disini. Mulai dari sambal lada hijau, ikan bakar, dan ayam bakar Padang. Yang spesial, rendang,” kata anak Marlian, Zulbaidah seperti dilansir dari katasumbar.com

Zulbaidah sendiri adalah generasi kedua di rumah makan ini, ia telah mengelola RM Minang sejak tahun 1980.

Ia bercerita, dulu ibunya, Marlian memulai usaha rumah makan ini berawal dari sebuah warung di pinggir jalan. Tujuannya adalah demi bertahan hidup selama di rantau.

Selama berjualan masakan Minang, Marlian kata Zulbaidah selalu memprioritaskan konsumen agar tetap merasa nyaman. Kenyamanan itu baik dari rasa makanan maupun suasana makan. “Intinya membuat pengunjung merasa seperti di rumah sendiri,” ujarnya.

Di sisi lain, ia menyebutkan kedatangan pengunjung ke RM Minang kadang tidak hanya untuk makan saja. “Terkadang mereka datang ke sini untuk makan dan terkadang mereka datang ke sini untuk mengunjungi saya,” ucap Zulbaidah.

Lewat sebuah tayangan Youtube, ia mengatakan kini Rumah Makan Minang dikelola oleh generasi ketiga, yakni anaknya sendiri.

Jaga Kualitas

Pengelola baru Rumah Makan Minang kini adalah Hazmi. Ia mempertahankan nilai-nilai yang dibangun nenek tersebut. Salah satunya dalam hal kontrol kualitas makanan. Hazmi bercerita, sang ibu masih kerap memantau kerja chef.

Sang ibu, sebut dia memastikan chef tetap memasak dengan cara-cara tradisional Minangkabau. “Walaupun saat ini sudah ada chef yang terlibat di restoran kami, tapi ibu saya tetap datang ke dapur.

(Tujuannya) untuk memastikan bahwa makanan tersebut dimasak dengan cara yang tradisional,” imbuh Hazmi.

Berkat ketekunan, Rumah Makan Minang telah memiliki dua gerai di Singapura, lengkap dengan dapur sentral untuk proses memasaknya.

Semua hidangan Minang ini ikut disajikan di Shangri-La Hotel Singapura. Zubaidah juga selalu mengingatkan kepada anak-anaknya untuk tetap menjaga warisan kuliner dari nenek mereka. Serta menjalankan usaha keluarga ini sampai seterusnya.

Harga yang ditawarkan di Rumah Makan Minang ini pun beragam. Misalnya, ikan potong seharga Rp61.000, ayam Rp55.000, rendang Rp61.000. Kemudian ada elur bulat Rp17.000, ikan bilis Rp29.000, telur dadar Rp39.000, dan ikan sepat Rp32.000.

Related Posts

Leave a Reply