Menggungkapkan rasa syukur bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui upacara adat yang sudah menjadi tradisi, seperti yang dilakukan di lingkungan Perkebunan Teh Liki, di Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Perkebunan teh BUMN yang dikelola oleh PT Mitra Kerinci, Anak Perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) tersebut memiliki tradisi unik yang digelar setiap menjelang awal musim petik teh sebagai penanda dimulainya produksi teh Mitra Kerinci di tahun yang baru.
Tradisi setempat tersebut dinamai “Wiwitan Petik Teh” atau petik perdana pucuk teh. Agenda tahunan ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur para pegawai pabrik teh PT Mitra Kerinci terhadap karunia yang telah dicurahkan sang pencipta melalui setiap pucuk teh yang mereka hasilkan.
Wiwitan Petik Teh sendiri mengadopsi makna dari wiwitan petik padi yang merupakan tradisi Suku Jawa, namun cara yang digunakan mengikuti cara petik teh perdana yang lazim dilaksanakan di Tatar Sunda dan disemarakan dengan nuansa adat istiadat ranah Minang yang kental.
Tanamkan Tradisi Pertahankan Kwalitas
Mengawali tahun 2019, salah satu Anak Perusahaan PT Rajawali Nusantara indonesia (Persero), PT Mitra Kerinci, kembali melaksanakan acara tahunan Wiwitan Petik Teh. Acara yang menjadi penanda dimulainya petikan teh Mitra Kerinci di tahun 2019 tersebut digelar pada, Minggu, (6/1/2019), di Afdeling B Kebun Teh Liki, Solok Selatan, yang merupakan salah satu kebun teh terbesar dunia dalam satu hamparan.
Dalam sambutannya, Direktur Mitra Kerinci PT Mitra Kerinci, Yosdian Adi, menjelaskan, prosesi Wiwitan diawali dengan pemilihan tanaman teh terbaik untuk kemudian dipetik oleh pemuka masyarakat dan tokoh yang dituakan di lingkungan setempat.
“Prosesi pemilihan areal petikan ini mirip dengan budaya luhur Minang ketika akan memulai pembangunan sebuah Rumah Gadang. Dalam budaya minang, Ketua Adat akan memilih “tonggak tuo” atau kayu penyangga utama yang akan dijadikan sebagai tiang utama sebuah rumah minang. Prosesi pemilihan tonggak tuo sendiri juga dilakukan bergotong royong,” ujarnya, Solok Selatan, Minggu (6/1/2019).
Lebih lanjut, Yosdian mengatakan, tradisi Wiwitan Petik sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta atas anugerah yang telah diterima sampai saat ini, serta berdoa agar produksi teh tahun 2019 lebih baik lagi. Ia berharap, target produksi Mitra Kerinci tahun ini sebesar 18.000 ton pucuk teh dapat tercapai.
“Kami menargetkan produktivitas tahun 2019 meningkat dengan harga jual yang lebih baik. Semoga curah hujan dan cahaya matahari sepanjang tahun ini mencukupi, sebagai modal pertumbuhan tanaman,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Pengendalian Usaha RNI, Agung P. Murdanoto, menyampaikan, perkebunan Liki perlu terus berbenah untuk tetap menjadi yang terbaik. Berbagai prestasi sepanjang tahun 2018 perlu terus diupayakan lebih baik lagi.
“Peningkatan penjualan ekspor 150% di atas tahun lalu dikuti dengan keberhasilan menyediakan teh asli Solok Selatan ini di jaringan Hotel Indonesia dan Penerbangan Bisnis Garuda Indonesia merupakan langkah awal pijakan menuju perbaikan kinerja perseroan,” ujar Agung.
Ia juga menyampaikan tentang perlunya inovasi produksi dalam rangka kesiapan menghadapi perubahan iklim dan penyesuaian permintaan pasar yang berubah dengan cepat.
Menjadi Agenda Wisata Tahunan
Prosesi Wiwitan Petik telah menjelma menjadi tradisi setempat yang rutin dilaksanakan tiap awal tahun. tradisi yang dilakukan dengan perpaduan budaya Minang, Jawa, dan Sunda tersebut dilakukan pertama kalinya di Indonesia pada tahun 2012 dan terus berlanjut hingga saat ini. Acara ini juga merupakan simbol tutup tahun 2018 sekaligus perayaan menyambut tahun baru 2019.