Tak banyak yang tahu salah satu minuman tradisional khas Minangkabau yang kaya akan khasiatnya, namanya Aia Niro (Air Niro) atau Air Aren. Minuman yang cukup langka ini rasanya manis dan sedikit asam namun menyegarkan. Minuman ini diyakini memiliki banyak khasiat untuk meningkatkan stamina tubuh, mengobati diabetes, menjaga kesehatan tulang, melancarkan pencernaan, dan meningkatkan produksi asi.
Proses Penyadapan
Air yang biasa dinikmati generasi ke generasi di Minangkabau memiliki makna filosofis dan juga mengandung seni musik tradisional. Seperti dilansir dari harianhaluan.com, praktisi penyadap Niro Yuhardi (Mak Bilar) menuturkan, Air Niro bukan sekedar pelepas dahaga, namun terdapat makna perlakuan istimewa kepada ciptaan tuhan yang bermamfaat bagi manusia.
Mak Bilar mempraktekan awal proses menyadap dengan memotong kuku Aren. Dilanjutkan dengan memukul-mukul Aren yang menghasilkan irama dan alunan nada musik. Selanjutnya, Mak Bilar mendendangkan dan membuai Aren seperti bayi yang disayangi.
“Begitu yang saya terima dari orang-orang yang terdahulu. Tidak asal-asal menyadap air saja. Perlakukan mereka seperti manusia, mereka punya nyawa, mereka punya tuhan, sama seperti kita,” tuturnya.
Setelah rangkaian proses tersebut, mulai kita sadap, atau dalam bahasa Minangkabau disebut “manakiak”. Setelah disadap, Mak Bilar menceritakan, air belum boleh diambil dan dikonsumsi.
“Biarkan kurang lebih tiga hari. Beri mereka waktu memandikan mayatnya. Proses ini disebut ‘mamandian moyik’ (memandikan mayat),” ujarnya.
Selanjutnya, bilah Aren yang telah mengeluarkan aroma, bilah yang telah disadap dibungkus dengan daun pisang. Menurut Mak Bilar, membungkus bilah Aren tidak dapat menggunakan plastik.
“Sudah saya coba melakukan proses diatas dengan cara asal-asalan. Tapi ternyata sebelum memperoleh airnya, bilah Aren sudah busuk,” kata Mak Bilar.
Luput dari pantauan masyarakat, ternyata Air Niro adalah sebuah karya seni yang memiliki rangkaian panjang, yang telah diturunkan dari generasi ke generasi di tanah Minangkabau.
Proses Memasak Air Niro
Air niro ini dibuat dari cairan tandan bunga aren. Biasanya, air niro ini juga dijadikan sebagai bahan baku pembuatan gula aren. Air niro termasuk salah satu dari sekian banyak hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dimanfaatkan petani dan masyarakat di kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat untuk dijadikan gula aren. Pada umum yang kita ketahui, batang aren ini bisa menghasilkan air niro dan kolang kaling. Atau disebut juga buah tap masih berbentuk putik.
Proses pengelolaan aia niro menjadi gula aren dilakukan secara tradisional. Tandan baru atau pelapah ini mula-mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya. Lalu tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan tahang bambu atau penampung yang terbuat dari bambu untuk menampung cairan yang menetes. Warnanya bening agak keruh, mirip air kelapa. Rasanya seperti air kelapa yang manis dikasih soda. Niro ini tidak tahan lama, maka tahang yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah, biasanya sehari dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore.
Sebelum dibawa ketempat pemasakan, air niro yang telah terkumpul disaring terlebih dahulu agar lebih bersih. Kemudian direbus ke dalam wajan yang besar dan dengan api yang sedang. Cairan aia niro ini harus sering diaduk selama proses rebus nya. Lama pemasakan sekitar 5-6 jam, tergantung pada bentuk tungku dan besarnya api.
Aia niro yang sedang dimasak sesekali harus diaduk, agar tidak gosong ketika mendidih, Air niro yang sedang dipanaskan ini akan mengeluarkan buih. Untuk mencegah meluapnya buih saat dimasak, biasanya ditaburkan dua butir daging buah kemiri yang telah dihaluskan pada setiap wajan. Namun perlu diingat, saat Aia niro sudah mendidih jangan lupa untuk membuang buih. Hal ini bertujuan agar ketika dicetak, gula dapat mengeras dan tidak menghitam.
Cairan gula akan berubah warna secara perlahan menjadi warna cokelat setelah direbus beberapa lama. Saat cairan gula yang sudah berubah warna kecokelatan pun akan mengeluarkan letupan – letupan kecil seperti magma. Untuk menguji apakah Aia niro sudah bisa dicetak atau belum. Caranya larutkan sedikit yang dimasak ke dalam air bersih dingin. Jika Aia niro langsung membeku, maka gula merah siap untuk di cetak.
Jika Aia niro, belum cukup siap untuk dicetak, menyebabkan gula aren nantinya mudah berjamur. Nira yang telah menjadi cairan gula tersebut kemudian dapat dituangkan ke dalam cetakan. Cetakan dapat menggunakan bambu atau batok kelapa. Selanjutnya gula aren yang sudah membeku di cetakan, dibiarkan satu malam hingga dingin, baru bisa dibungkus. Jika gula aren dibungkus dalam keadaan panas, membuat gula menjadi lembab dan mudah berjamur. Cara tradisional membungkus gula aren biasanya menggunakan daun pisang, upih pinang, daun jati, dan perangkat alami lainnya. Setelah itu, tunggu sampai gula merah menjadi dingin. Gula merah atau gula aren yang telah dingin dapat ditiriskan ke tempat yang terpisah untuk kemudian dibungkus dan dikonsumsi.
Penjual Air Niro Murni
Tak hanya di Kabupaten Solok selatan, di daerah-daerah lainpun banyak masyarakat dan petani lokal yang memanfaatkan HHBK “Aia niro” ini menjadi sumber penghidupan, contohnya saja Di kabupaten 50 Kota, tak hanya dijadikan bahan baku gula aren atau gula merah. Ada sebuah warung yang khusus menjual minuman segar Aia niro, harganya pun cukup terjangkau dengan harga Rp.5000,-/gelas nya
Jika kita sedang berkunjung ke Kota Padang, jajanan kuliner legendaris ini bisa dijumpai di satu lokasi orang berjualan Air Niro ini di Jalan S Parman Ulak Karang. Seperti dilansir dari Tribunnews.com, salah satu penjual Air Niro yang baru mulai menjual air nior ini sejak bulan Januari 2022 yang lalu. Ia menjual Air Niro dengan mobil toko pada empat lokasi yang berbeda-beda. “Di Ulak Karang, Alai, Lapai, Bypass, ada empat lokasi yang menjual Air Niro ini,” ungkap Musri.
Menurutnya, masyarakat khususnya di Kota Padang banyak yang tidak lagi menggenal minuman tradisional ini. Untuk itu, Musri menghadirkan minuman kekinian Air Niro yang jarang ditemukan di Kota Padang. Musri mengatakan, meskipun terbilang baru, pembeli minuman air niro selalu ada setiap hari.
“Kebanyakan penasaran dengan air niro, setelah mereka coba, mereka beli lagi karena minumannya rasanya manis dan menyegarkan. Sebagaian ada juga yang mencampurkan dengan talua, kalau kita jual air niro murni. Imbuhnya.